05 April 2025
12:50 WIB
Saham Apple Anjlok 9% Imbas Tarif Pajak Donald Trump
Turun sekitar 9%, penurunan saham Apple pasca kebijakan tarif Donald Trump ini menjadi yang terparah dalam lima tahun terakhir.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Lini produk Apple memamerkan fitur Apple Inteligence sebagai fitur AI terbaru. Dok Apple
JAKARTA - Raksasa teknologi Apple terkena imbas dari kebijakan pemerintah negara asalnya sendiri, dengan mengalami penurunan saham mencapai 9% pada Kamis (3/4) waktu setempat.
Tak lama setelah Trump mengumumkan tarif pajak dagang atau tarif resiprokal, saham Apple turun menjadi US$203 (Rp3,4 juta) per lembar saham. Padahal, sehari sebelumnya emiten berkode AAPL ini masih berada di harga US$223 (Rp3,7 juta) per lembar saham.
Mengutip The Verge, penurunan saham ini menjadi yang terbesar bagi Apple dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Analis: Kebijakan Tarif Impor Trump Buat Pasar Saham AS dan Aset Kripto Melemah
Penurunan saham juga berdampak pada menurunnya valuasi Apple sebesar US$300 miliar, dari yang semula bernilai US$3,3 triliun atau setara Rp54.648 triliun, anjlok menjadi US$3 triliun atau setara Rp49.680 triliun.
Sebelum menurun sedalam itu, saham Apple sempat menguat tipis pada perdagangan Kamis (3/4) pada pukul 09.30 sampai 16.00 waktu setempat, dari kisaran US$221,38 menjadi US$223,89 per lembar saham.
Sentimen pasar diyakini menurun lantaran selama ini perusahaan asal Cupertino tersebut banyak mengimpor bahan baku dan komponen dari luar negeri, terutama China dan Vietnam.
Sementara, berdasarkan kebijakan tarif resiprokal AS baru untuk China dan Vietnam terbilang cukup tinggi, masing-masing sebesar 34% dan 46%.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran adanya dampak kenaikan pada harga berbagai rangkaian perangkat Apple, mulai dari iPhone, iPad, iMac, MacBook, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Lebih Buruk Dari Perkiraan, Tarif Resiprokal Trump Bikin Bursa Rontok
Lebih lanjut, kenaikan harga produk yang disinyalir bakal terjadi dikhawatirkan akan mengurangi minat dan permintaan pasar. Sehingga membuat penjualan produk Apple baik di AS atau pasar internasional diproyeksi menjadi lesu.
Selain Apple, sejumlah perusahaan teknologi yang mengandalkan produksi atau bahan baku dan komponen dari kawasan Asia juga dilaporkan mengalami penurunan saham signifikan.
Beberapa di antaranya, META dan Amazon yang sama-sama mengalami penurunan saham senilai 9%. Kemudian Nvidia yang mengandalkan basis pembuatan chip di Taiwan juga mengalami penurunan saham sekitar 8%.
Adapun, perusahaan otomotif-teknologi besutan Elon Musk yakni Tesla juga mengalami penurunan saham sebesar 5%, diikuti Microsoft dan Alphabet yang masing-masing mengalami penurunan saham sebesar 2% dan 4%.