02 September 2025
10:47 WIB
Rupiah Melemah Imbas Demo, Analis: Suku Bunga The Fed Jadi Penahan
Analis memperkirakan rupiah melemah terbatas seiring tekanan risiko domestik yang berkurang dari aksi demonstrasi. Di sisi lain, dolar AS juga masih tertekan sentimen penurunan suku bunga The Fed.
Editor: Khairul Kahfi
Seorang teller sedang menghitung uang tunai dengan mesin penghitung di Menara Mandiri, Jakarta (20/8). Validnews/Hasta Adhistra.
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar kurs rupiah melemah terbatas seiring tekanan risiko yang berkurang (risk off) domestik dari aksi demonstrasi. Di sisi lain, dolar AS juga masih tertekan sentimen suku bunga The Fed.
“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi melemah terbatas terhadap dolar AS, walau masih tertekan sentimen risk off domestik dari demonstrasi. Namun, dolar AS juga masih tertekan oleh prospek pemangkasan suku bunga The Fed,” katanya melansir Antara, Jakarta, Selasa (2/9).
Baca Juga: Analis: Sentimen Inflasi AS Batasi Pelemahan Lanjutan Rupiah Imbas Demo
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa (2/9) di Jakarta melemah sebesar 0,04% atau Rp7, dari sebelumnya Rp16.419 menjadi Rp16.426 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Senin (1/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau menguat ke level 97,82 poin atau naik 0,05 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,77 poin.
Adapun pergerakan DXY di kemarin (1/9) berkisar antara 97,62-97,85 atau cenderung masih melemah lemah dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.26 WIB hari ini (2/9) terpantau melemah tipis 0,04% atau turun sekitar Rp6 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.412 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.412-16.452 per dolar AS.
Baca Juga: Ekonom: Demo dan Global Dorong Rupiah Melemah Rp16.459 Saat Ini
Mengutip Anadolu Agency, Federal Reserve diprediksi menurunkan suku bunga pada bulan ini setelah mempertahankan selama sembilan bulan terakhir. Keputusan ini akan menjadi panduan bagi bank-bank sentral dunia lainnya karena semua berfokus pada peta jalan kebijakan The Fed di tengah ketidakpastian tarif.
Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir, petinggi The Fed menyampaikan bahwa risiko inflasi meningkat seiring kebijakan perdagangan proteksionis Presiden AS Donald Trump. Isyarat penurunan suku bunga juga disampaikan dalam Jackson Hole Economic Policy Symposium di AS.
Kemungkinan The Fed memangkas suku bunga bulan ini berada di angka 87%, sehingga suku bunga acuan AS berada di kisaran 4,25-4%.

Lukman kembali mengingatkan, sentimen sosial-politik domestik yang sudah mereda tidak akan serta merta langsung memperkuat mata uang garuda di hadapan dolar AS.
“Walau demonstrasi sudah mulai terkendali, namun sentimen domestik masih belum bisa langsung pulih. (Di sisi lain), dolar AS yang masih tertekan ini berperan membantu rupiah tidak melemah lebih jauh,” kata Lukman.
Pada pekan ini, pasar akan menunggu rilis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS dan PMI Jasa AS yang dikeluarkan oleh Institute for Supply Management ISM, serta data Non-Farm Payrolls (NFP) AS.
“Investor cenderung masih wait and see menantikan data-data ekonomi penting AS pekan ini,” ujar dia.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan, kurs rupiah berkisar Rp16.350-16.500 per dolar AS.