c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

12 Juli 2024

20:32 WIB

Rupiah Pekan Ini Ditutup Menguat ke Level Rp16.136

Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah diproyeksi fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp16.080-Rp16.150

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Rupiah Pekan Ini Ditutup Menguat ke Level Rp16.136</p>
<p id="isPasted">Rupiah Pekan Ini Ditutup Menguat ke Level Rp16.136</p>

Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Dollarasia Money Changer, Jakarta, Kamis (25/4/2024). Antara Foto/Reno Esnir

JAKARTA - Mata uang rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (12/7) sore, ditutup menguat 58 poin di level Rp16.136 per dolar Amerika Serikat (AS), dari penutupan sebelumnya di level Rp16.194 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang membuat indeks dolar melemah dan membuat rupiah menguat.  

Untuk faktor eksternal, dia menyebut, greenback terpukul oleh data CPI yang lebih lemah dari perkiraan, yang menunjukkan inflasi sedikit lebih tenang dari perkiraan pada Juni. Angka tersebut meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga.  

"Para pedagang memperkirakan kemungkinan sebesar 83,4% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September, dibandingkan dengan peluang sebesar 64,7% yang terlihat pada minggu lalu, menurut CME Fedwatch," kata Ibrahim kepada media, Jumat (12/7).

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Rp16.000, Bank Indonesia Akan Lakukan Intervensi

Namun, lanjutnya, penurunan tajam yen memicu pertanyaan apakah pemerintah Jepang secara aktif melakukan intervensi di pasar mata uang. Para pejabat memberikan sedikit petunjuk mengenai masalah ini, setelah memberikan serangkaian peringatan dalam beberapa minggu terakhir mengenai taruhan agresif terhadap yen.  

Di Asia, data neraca Bank of Japan, yang akan dirilis pada Juli, diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai apakah pemerintah melakukan intervensi. Para pedagang juga berspekulasi apakah posisi short pada yen tertekan oleh penurunan tajam dolar, menyusul lemahnya pembacaan CPI pada Juni.

Surplus perdagangan Tiongkok melonjak mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir, sementara ekspor juga tumbuh lebih besar dari perkiraan.

"Namun, peningkatan tarif perdagangan terhadap ekspor utama Tiongkok, seperti kendaraan listrik, dapat mengimbangi tren ini," imbuhnya.

Adapun, fokus saat ini adalah pada Sidang Pleno Ketiga Partai Komunis Tiongkok untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian dan stimulus. Rencananya, pertemuan tersebut akan dilakukan pada minggu depan.

Faktor Internal
Sedangkan faktor internal, antara lain pemerintah telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh 5,2% hingga akhir tahun sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN sebesar 5,2%. 

Meskipun, ekonomi global saat ini masih stagnan, dan berbagai lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 di bawah level itu.

Dana Moneter Internasional atau IMF bahkan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya sebesar 5%.

Demikian juga Bank Dunia atau World Bank yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5%. Bank Indonesia juga menganggap pertumbuhan ekonomi 2024 hanya sebesar 5,1%.

Ibrahim menuturkan, potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,2% sampai akhir tahun itu akan ditopang oleh bergeliatnya ekspor dan investasi di Indonesia.

Baca Juga: BI Optimistis Rupiah Akan Menguat Ke Rp15.800 Hingga Akhir 2024

Untuk ekspor bulan Juni yang akan di rilis tanggal 15 Juli, diprediksi akan cukup bagus, sehingga akan menunjukkan lagi pemulihan ekspor. Sedangkan untuk investasi, terlihat dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah, termasuk proyek strategis nasional atau PSN.  

Di sisi lain, dia menilai konsumsi masyarakat juga berpotensi kembali menggeliat pada paruh kedua tahun ini, ditopang oleh dukungan belanja pemerintah yang akan naik 2,6% sampai akhir tahun dari pagu yang telah ditetapkan, belanja negara akan membengkak menjadi sebesar Rp3.412,2 triliun, atau mencapai 102,6% dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp3.325,1 triliun.

Sedangkan untuk perdagangan Senin (15/7) depan, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat.

"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp16.080-Rp16.150," tutupnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar