08 Agustus 2025
11:15 WIB
Rupiah Berpotensi Menguat, Isu Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Sentimen
Nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat seiring isu pemangkasan suku bunga The Fed. Nominasi Gubernur The Fed yang mendukung pemotongan suku bunga jadi faktor penguat.
Editor: Khairul Kahfi
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Antara Foto/Nova Wahyudi/wsj.
JAKARTA - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah masih berpeluang menguat seiring isu pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
“Kelihatannya isu pemangkasan suku bunga menjadi sentimen saat ini (pelemahan rupiah),” katanya melansir Antara, Jakarta, Jumat (8/8).
Baca Juga: Rupiah Melemah, Kinerja Ekonomi AS Picu Penguatan Dolar AS
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat pagi (8/8) di Jakarta melemah sebesar 0,22% atau 36 poin, dari sebelumnya Rp16.287 menjadi Rp16.323 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Kamis (7/8), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau memerah ke level 98,13 poin atau turun 0,27 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,40 poin.
Adapun pergerakan DXY kemarin (7/8) berkisar antara 97,95-98,16 poin atau cenderung menurun dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.49 WIB hari ini (8/8) terpantau melemah 0,01% atau turun sekitar Rp2 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.285 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.285-16.340 per dolar AS.
Nominasi Christopher Waller sebagai Gubernur Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang baru menggantikan Jerome Powell disebut memperbesar isu pemangkasan suku bunga acuan AS. Hal ini mengingat Waller diketahui mendukung pemotongan suku bunga Fed, sebagaimana diharapkan Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: PDB Diproyeksi Rebound, Rupiah Menguat ke Rp16.370 per Dolar AS
Pandangan anggota dewan gubernur yang terpecah antara mempertahankan dan memangkas suku bunga ini disebabkan kebijakan tarif Trump dan data ekonomi AS yang beberapa di antaranya masih terlihat solid.
“Di sisi lain mengkhawatirkan kenaikan inflasi, (dan) mengkhawatirkan penurunan aktivitas ekonomi seperti data tenaga kerja yang melemah,” ungkap Aris.
Trump mengemukakan bahwa ada empat nama calon yang dipertimbangkan menjadi Gubernur The Fed, dan mengecualikan Menteri Keuangan Scott Bessent.
Mengutip Anadolu, dilaporkan oleh CNBC bahwa mantan Gubernur The Fed Kevin Warsh, Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Trump, dan Gubernur Fed Christopher Waller merupakan empat nama yang dipertimbangkan menggantikan Powell. Gubernur The Fed yang saat ini baru bisa diganti pada Mei 2026.
Berdasarkan faktor tersebut, Aris memprediksi, kurs rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS dengan potensi penguatan ke arah Rp16.280-16.300 per dolar AS, dengan resisten di kisaran Rp16.350 per dolar AS.