c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

17 September 2025

10:14 WIB

Rosan Ungkap Alasan Penggabungan Pelita Air Dengan Garuda Indonesia

Garuda Indonesia mengoperasikan 58 pesawat pada kuartal I/2025, sedangkan Pelita Air memiliki 20 armada.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

<p id="isPasted">Rosan Ungkap Alasan Penggabungan Pelita Air Dengan Garuda Indonesia</p>
<p id="isPasted">Rosan Ungkap Alasan Penggabungan Pelita Air Dengan Garuda Indonesia</p>

Kolaborasi antara Garuda Indonesia dengan The Pokémon Company melalui pengoperasian livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG, Banten, Kamis (22/2/2024). Dok Kemenparekraf

JAKARTA - CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan rencana penggabungan (merger) maskapai Pelita Air dan Garuda Indonesia untuk mengoptimalkan aset-aset milik perusahaan berplat merah. Akan tetapi, rencana merger dua maskapai tersebut masih dikaji.

"Ya semua masih dikaji ya," kata Rosan di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa (16/9).

Menurut dia, salah satu pertimbangan rencana penggabungan Pelita Air, anak usaha PT. Pertamina, itu untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas aset yang sudah ada.

"Intinya kan untuk supaya lebih efisien, lebih meningkatkan produktivitas, dan juga mengoptimalkan aset-aset yang ada, baik dari segi jam terbangnya dan part pesawat, dan lain-lain," ujarnya.

Sebagai informasi, Garuda Indonesia hingga kuartal I/2025 mengoperasikan 58 pesawat dengan rincian 42 pesawat lorong tunggal (narrow body) dan 16 pesawat berbadan lebar (wide body).

Pada Kuartal I/2025, pendapatan operasional mencapai US$476,8 juta, naik 12% atau meningkat sebesar US$52,5 juta, dari US$424,3 juta yang tercatat pada Kuartal I/2024.

Sebanyak 92% dari pendapatan ini, setara dengan US$438,8 juta, disumbang dari penerbangan berjadwal.

Laba operasional pada Kuartal I/2025 mencapai US$19,1 juta, meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat rugi operasional sebesar US$11,2 juta.

Namun, rugi bersih pada Kuartal I/2025 mencapai US$43,2 juta, membaik dibandingkan Kuartal I/2024 rugi US$68,9 juta.

Baca Juga: Erick Thohir Angkat Bicara Soal Rencana Merger Garuda Indonesia-Pelita Air

Sepanjang 2024, Garuda Indonesia Group membukukan pendapatan usaha US$3,41 miliar, naik 16,38% dibandingkan 2023 US$2,93 miliar.

Beban usaha juga meningkat menjadi US$3,1 miliar, naik 18,32% dari US$2,62 miliar pada 2023. Perseroan membukukan rugi sebesar US$69,77 juta, dari laba US$251,99 juta pada 2023.

Sementara, berdasarkan laporan tahunan Pelita Air pada 2024, perusahaan mengoperasikan 20 armada.

Pada tahun 2024, Pelita Air mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 181% dari US$119,5 juta di tahun 2023 menjadi US$216,8 juta. Pertumbuhan tersebut didorong kenaikan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 219% di tahun 2024.

Perusahaan mencatatkan laba komprehensif tahun berjalan sebesar US$5,06 juta dari rugi komprehensif tahun berjalan sebesar US$23,65 juta di tahun 2023.  

Baca Juga: Fokus Bisnis Energi, Pertamina Bakal Lepas Pelita Air Dan Bisnis Asuransi

Fokus Pada Bisnis Minyak

Seperti dilansir dari Antara, PT Pertamina (Persero) menjajaki menggabungkan anak usahanya yakni Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Pertamina akan fokus pada bisnis minyak gas (migas) dan energi terbarukan.

Selain Pelita Air, Pertamina juga menyiapkan langkah serupa di sejumlah anak usaha lainnya seperti asuransi, kesehatan, hospitality, serta Patra Jasa yang akan mengikuti peta jalan di Danantara.

Lebih lanjut, Pertamina juga menggabungkan tiga anak usahanya seperti Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina International Shipping (PIS), serta Pertamina Patra Niaga (PPN), dan ditargetkan rampung akhir 2025.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar