c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

15 Desember 2023

21:00 WIB

Riset Mastercard: Konsumen Asia Pasifik Belanja Lebih Banyak di 2024

Economic Outlook: Balancing Prices & Priorities menyebutkan, pada 2024, pengeluaran konsumen di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 5,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Riset Mastercard: Konsumen Asia Pasifik Belanja Lebih Banyak di 2024
Riset Mastercard: Konsumen Asia Pasifik Belanja Lebih Banyak di 2024
Calon pembeli memilah makanan di salah satu pusat perbelanjaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/12/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Mastercard Economics Institute (MEI) dalam laporan tahunannya bertajuk "Economic Outlook: Balancing Prices & Priorities" menyebutkan, pada 2024, pengeluaran konsumen di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 5,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Seiring dengan meredanya dampak ekonomi akibat pandemi covid-19 pada 2024, konsumen di Asia Pasifik diharapkan akan dapat mengalokasikan lebih banyak anggaran dari pendapatan mereka untuk pengeluaran yang lebih opsional, seperti perjalanan dan hiburan.

Pasalnya, tahun 2024 merupakan perubahan dari periode tahun 2022-2023. Pada kedua tahun ini terjadi inflasi tinggi yang menyebabkan barang-barang esensial seperti bahan makanan dan bahan bakar menghabiskan sebagian besar dari anggaran rumah tangga. Sehingga, hanya sedikit anggaran yang tersisa untuk hal-hal yang diinginkan atau pengeluaran ekstra.

“Tahun 2024 akan menjadi masa di mana konsumen akan menyesuaikan kembali pengeluaran mereka. Data menunjukkan bahwa masyarakat tetap antusias untuk melakukan perjalanan dan makan di restoran, meskipun tingkatnya berbeda-beda di setiap negara,” ujar Chief Economist Asia Pacific Mastercard David Mann dalam keterangan resmi, Jumat (15/12).

Baca Juga: Riset: 32% Orang Indonesia Akan Belanja Lebih Banyak Di Ramadan 2024

Mengindikasikan perubahan dalam permintaan, lanjut dia, konsumen di seluruh kawasan Asia Pasifik diprediksi akan mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk pembelian barang di 2024 dibanding tahun sebelumnya.

Dengan demikian, hal ini menandai awal dari siklus baru yang akan mengembalikan pertumbuhan belanja barang ke level sebelum masa pandemi.

Selain itu, juga mengubah tren yang terjadi pada 2022-2023 ketika konsumen lebih memprioritaskan layanan seperti makan di luar dan perjalanan sebagai respons terhadap pembukaan ekonomi pasca pandemi.

Pada 2024, Mann menuturkan, peningkatan permintaan barang seperti barang-barang rumah tangga dan pakaian juga diperkirakan akan membangkitkan sektor manufaktur Asia Pasifik, yang memiliki peran krusial dalam perekonomian global.

Pergeseran ini akan mendorong keselarasan kinerja antara sektor manufaktur dan jasa di wilayah Asia Pasifik yang sebelumnya cenderung berlawanan arah. Lantaran, sektor manufaktur mengalami perlambatan dan sektor jasa bertumbuh pesat pada 2023.

Secara umum, riset Mastercard menunjukkan, meskipun tidak semuanya sama, wilayah Asia Pasifik secara makro pada 2024 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang stabil, umumnya setara dengan level tahun 2023.

Hal ini seiring dengan stabilnya ekonomi dan faktor kunci pertumbuhan seperti ekspor dan industri pariwisata yang semakin mendekati kondisi sebelum pandemi.

Bila meneliti lebih dalam ke perekonomian tiap negara, proyeksi pertumbuhan bervariasi di seluruh wilayah. Negara Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, dan Korea Selatan diproyeksikan akan mengalami peningkatan.

Di sisi lain, ada antisipasi perlambatan di negara Australia, China daratan, Jepang, dan Selandia Baru. Sedangkan, India dan Indonesia diprediksi stabil pada tingkat yang serupa dengan tahun 2023.

Perjalanan Internasional China
Sementara itu, di tahun 2024, proses pemulihan perjalanan internasional China diprediksi akan terus berlanjut.

Penambahan lebih banyak negara ke dalam daftar yang disetujui oleh China untuk perjalanan kelompok, yang umumnya memiliki pembatasan visa lebih fleksibel daripada individu, akan terus mendukung pengeluaran pariwisata internasional.

Pemulihan dalam koridor-koridor spesifik akan bergantung pada bagaimana otoritas mengalokasikan kapasitas penerbangan.

Adapun, sepanjang tahun 2023, destinasi di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand menjadi yang pertama pulih dengan baik.

Di 2024, destinasi di Asia Timur Laut, Amerika Utara, dan Eropa diharapkan akan mengejar ketertinggalan mereka.

“Pemulihan pengeluaran wisatawan China yang bepergian ke luar negeri akan terus dipantau," kata Mann.

Baca Juga: Optimisme Konsumen Turun Gerus Konsumsi Rumah Tangga

Ia menjelaskan, sebelum pandemi, wisatawan dari China daratan cenderung fokus pada kegiatan belanja, terutama barang-barang mewah saat mereka melancong ke luar negeri.

Namun setelah pandemi, pengeluaran untuk pengalaman seperti hiburan dan kuliner telah mengalami pemulihan yang lebih signifikan di antara para pelancong yang berangkat dari China daratan.

"Perubahan prioritas pengeluaran dalam perjalanan ini menandakan bahwa otoritas pariwisata dan peritel di seluruh dunia mungkin perlu menyesuaikan strategi mereka untuk mempertahankan daya tarik mereka bagi pengunjung dari China," terangnya.

Sekadar informasi, Economic Outlook: Balancing Prices & Priorities fokus pada analisis 13 pasar di Asia dan Oseania saja. Penelitian ini mengandalkan beragam data, termasuk data penjualan Mastercard yang dikumpulkan dan disusun tanpa identitas, serta berbagai model yang bertujuan untuk memproyeksikan aktivitas ekonomi, baik data publik maupun data eksklusif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar