c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 Juni 2024

17:12 WIB

Riset: Kampanye "Eyes on Rafah"  Bikin Anjlok Penjualan Brand Terafiliasi Israel

Riset Compas.co.id menemukan kampanye "Eyes on Rafah" berhasil bikin anjlok penjualan brand terafiliasi Israel dan mendongkrak penjualan merek lokal.

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Riset: Kampanye <em>&quot;</em><i id="isPasted"><em>Eyes on Rafah&quot;</em></i>&nbsp; Bikin Anjlok Penjualan <em>Brand&nbsp;</em>Terafiliasi Israel</p>
<p>Riset: Kampanye <em>&quot;</em><i id="isPasted"><em>Eyes on Rafah&quot;</em></i>&nbsp; Bikin Anjlok Penjualan <em>Brand&nbsp;</em>Terafiliasi Israel</p>

Peserta aksi Bela Palestina mengusung spanduk boikot produk pro Israel di Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023). dok.Shutterstock/ Poetra.RH

JAKARTA - Compas.co.id, Shopping Recommendation Engine and Price Comparison dari Indonesia melaporkan, kampanye viral ‘Eyes on Rafah’ berpotensi memberi dampak besar bagi pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) lokal di e-commerce. Menariknya, kampanye pada 28 Mei 2024 ini turut diikuti dengan gerakan boikot terhadap produk yang disinyalir terafiliasi Israel.

CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata  merinci, pada 19 Mei-15 Juni 2024, total jumlah produk terjual (sales quantity) dari 206 brand yang disinyalir terafiliasi Israel turun 3% dibanding dua minggu sebelumnya, dari 6.884.802 jumlah produk terjual menjadi 6.673.745 produk terjual.

Penurunan lebih terasa berlangsung pada 1-7 Juni 2024, di mana sektor FMCG di e-commerce turun 7%, dari 2.407.460 produk terjual menjadi 2.223.273 produk terjual. Sebagai konteks, pantauan tersebut dilakukan di platform Shopee dan Tokopedia, serta list boikot berdasarkan BDnaash.com

“Penurunan jumlah produk terjual ini sejatinya memang dikarenakan brand-brand (yang terafiliasi Israel) terdampak dari aksi boikot pasca viralnya ‘Eyes on Rafah’” jelasnya dalam siaran tertulis, Jakarta, Rabu (26/6).

Baca Juga: MUI: Jangan Kendur Boikot Produk Israel

Lebih dalam, dalam periode 2-15 Juni 2024, dari 37 kategori produk ibu dan bayi yang masuk list boikot, sekitar 92% di antaranya mengalami penurunan penjualan. Sementara pada brand kesehatan, dari 29 brand yang masuk ke list boikot, sekitar 74% di antaranya mengalami penurunan penjualan dibanding dua minggu sebelumnya. 

Begitu pula, pada kategori makanan dan minuman, di mana 74% dari 75 brand yang diboikot jumlah produk terjualnya turun. Sedangkan, sekitar 85 brand di kategori perawatan dan kecantikan, sekitar 62% di antaranya juga ikut turun penjualannya.

Narendrata juga menjelaskan, berdasarkan riset, konsumen yang mengikuti aksi boikot cenderung mengganti produk dengan brand lain yang tidak terafiliasi Israel. Serta, lebih memilih brand lokal sebagai substitusi produk.

Di kategori perawatan dan kecantikan, manufaktur A, manufaktur B, dan manufaktur C sebagai brand global yang terdampak boikot mengalami penurunan jumlah produk terjual masing-masing sebesar 5,5%, 3,6% dan 1,5%. 

Kendati di saat yang sama, Wings Group sebagai salah satu perusahaan nasional mengalami peningkatan jumlah produk terjual hingga 21,8%. Diikuti oleh manufaktur lainnya seperti Paragon Technology and Innovation yang meningkat 5,7%; Kinocare Era Kosmetindo 5,0%; dan Tempo Scan 3,1%. 

“Pada kategori perawatan-kecantikan, masih ditemukan brand global yang mengalami kenaikkan pada periode campaign ini, yaitu KAO sebanyak 6,5%; dan dua manufaktur yang brand-nya masuk ke dalam list boikot, namun masih bertumbuh masing-masing 4,2% dan 2%,” ungkapnya.

Baca Juga: Riset: Ada Aksi Boikot Produk Israel, Kategori Ibu dan Bayi Turun 16%

Fenomena serupa juga terjadi di kategori makanan dan minuman. Di mana brand A, B, C, D dan E sebagai manufaktur brand global mengalami penurunan jumlah produk terjual, masing-masing sebanyak 14,9%, 13,36%, 13,36%, 7,8%, dan 5,3%.

Sementara beberapa manufaktur nasional mengalami pertumbuhan signifikan. “Sebut saja, Mayora yang mengalami peningkatan jumlah produk terjual sebanyak 9%, disusul oleh Wings Group 4,7%, Gunung Slamet Slawi (GSS) 1,7%, dan Frisian Flag 0,7%,” paparnya.

Meski aksi boikot berdampak pada perawatan-kecantikan serta makanan-minuman, efek yang sama sedikit berbeda pada produk dengan kategori kesehatan. 

Di mana manufaktur kesehatan yang disinyalir terafiliasi dengan Israel turun hingga 15,4%, namun tetap terdapat global brand seperti Bayer yang dapat tumbuh dengan pesat di periode ini, dengan jumlah produk terjual naik 25,9%. 

Meski meningkat cukup tinggi, brand nasional masih menjadi jawara yang mengalami peningkatan penjualan tertinggi. 

“Wings Group tetap menjadi brand yang mengalami peningkatan paling signifikan di kategori ini, dimana jumlah produk terjualnya meningkat 28,9%, disusul oleh Tempo Scan Group yang naik 0,9%,” ucapnya.

Dari semua kategori yang diriset, efek boikot paling terlihat berdampak pada penjualan produk kategori ibu dan bayi mengalami perubahan penjualan dari brand global ke brand lokal. Dibanding kategori FMCG lain, manufaktur global di kategori ini mengalami penurunan jumlah produk terjual hingga mencapai 18,3%. 

“Di sisi lain, manufaktur nasional seperti Wings Group jumlah produk terjualnya meroket 38,5%, diikuti oleh Tempo Scan Group 12,6%, dan Inovasi Teknologi Untung Berkah yang mengalami peningkatan sebanyak 11,1%,” jelasnya.

Ke depan, Narendrata memperkirakan gerakan boikot masih akan berlanjut, berkaca dengan pantauan terkini melalui sosial media terkait kondisi Palestina. Untuk itu, dia berharap insight ini dapat pengusaha ambil untuk strategi bisnis mendatang.

“Kami berharap, publikasi ini dapat menjadi actionable insight yang dapat membantu membangun strategi bisnis dan mengambil keputusan terbaik berdasarkan pada data,” pungkasnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar