c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

16 Februari 2024

20:37 WIB

RI Peringkat 4 Ekspor Ikan Tilapia Dunia, Nilainya Capai Rp1,23 T

Ikan tilapia Indonesia bisa jadi komoditas primadona pasar global. Ekspornya ke AS tak pernah ditolak, beda dengan China yang sempat ditolak 17 kali.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

RI Peringkat 4 Ekspor Ikan Tilapia Dunia, Nilainya Capai Rp1,23 T
RI Peringkat 4 Ekspor Ikan Tilapia Dunia, Nilainya Capai Rp1,23 T
Budidaya ikan tilapia. Dok. KKP

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan Indonesia menjadi negara eksportir komoditas ikan tilapia peringkat keempat di dunia dengan nilai ekspor mencapai US$79 juta atau sekitar Rp1,23 triliun (kurs Rp15.633/US$).

KKP menyampaikan ekspor tilapia RI memiliki market share sebesar 9,7%. Pada 2023, nilai ekspor tilapia Indonesia juga tumbuh menjadi US$82 juta.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo optimis tilapia asal Indonesia berpotensi menjadi komoditas perikanan primadona lantaran digemari pasar global. 

"Komoditas tilapia Indonesia akan menjadi primadona pasar dunia didasari posisi Indonesia yang saat ini menempati peringkat keempat eksportir tilapia dunia dengan nilai mencapai US$79 juta," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (16/2).

Budi memaparkan pasar global tilapia pada 2022 mencapai US$1,65 miliar. Itu terdiri dari 60% ekspor ikan tilapia dalam bentuk produk fillet beku, kemudian 22% utuh beku, 14% fillet segar/dingin, serta 4% produk utuh segar/dingin.

"Tren 2017-2023 ekspor tilapia kita tumbuh sebesar 7%, ini menunjukkan tilapia kita mampu bersaing di pasar global," imbuhnya.

Baca Juga: KKP Sempurnakan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Kelautan-Perikanan

Lebih lanjut, Budi memaparkan persebaran ekspor produk tilapia Indonesia pada 2022. Dia menyebutkan mayoritas ikan tersebut menembus pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada.

KKP mencatat ada sederet negara yang merupakan top importir produk tilapia asal Indonesia. Di antaranya, Amerika Serikat (AS), Meksiko, Uni Eropa, Timur Tengah, Pantai Gading, Afrika Barat dan Kanada.

"Artinya pasar yang lain masih sangat potensial untuk kita kembangkan misalnya Timur Tengah selain yang sudah ada," tutur Budi.

Dia mengatakan tilapia Indonesia merupakan produk premium yang memiliki sertifikasi ekolabel. Karena itu, dia berbangga produk RI itu dihargai paling tinggi dibandingkan produk milik kompetitor dari Tiongkok, Taiwan dan Honduras di pasar AS.

Selain itu, KKP mencatat dalam dua tahun ini, tepatnya sepanjang 2021-2022, tidak ada penolakan ekspor tilapia RI ke negeri Paman Sam. Berbeda dengan produk tilapia dari China yang sempat ditolak ekspornya.

"Sementara di periode yang sama, terdapat 17 penolakan terhadap produk Tiongkok karena isu veterinary drugs, labelling, nitrofurans dan pestisida," kata Budi.

Zero Waste dan Punya Nilai Tambah
Menurut Budi, ikan tilapia adalah komoditas potensial ekspor yang perlu dikembangkan. Ia menjelaskan semua bagian tubuh ikan bisa diolah sehingga tidak menimbulkan limbah atau zero waste, serta bisa menciptakan nilai tambah.

Misalnya, kepala ikan bisa dijadikan bahan menu masakan lokal. Kemudian sisik tilapia yang mengandung kolagen dan gelatin bisa diolah menjadi kosmetik, serta kulit ikan untuk pengobatan luka bakar bagi sektor farmasi. Tak lupa, duri ikan dan intestine bisa jadi tepung ikan, bahan pakan ikan, dan minyak ikan untuk biofuel.

"Jadi tidak ada yang terbuang karena semua bagian tubuhnya bernilai tambah jika diolah," ujar Budi.

Baca Juga: Hanya 6.000 Kapal Kantungi Izin Menangkap Ikan Di Indonesia

Ia menambahkan saat ini, KKP terus memperkuat kemitraan pelaku usaha menengah atau besar dengan masyarakat lokal. Hal itu bertujuan untuk mengembangkan budidaya tilapia, mulai dari pembenihan, pembesaran sampai dengan pemasaran.

"Kita juga berupaya untuk membuka akses pasar dan promosi ke negara Asia dan Timur Tengah dalam rangka peningkatan ekspor tilapia Indonesia," tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan KKP akan fokus pada 5 program prioritas. Adapun salah satunya, yakni pembangunan budidaya laut, pesisir dan darat berkelanjutan dengan mendirikan kampung budidaya.

Pada 2023, KKP juga mulai membangun modelling klaster budidaya ikan nila salin di Karawang, Jawa Barat. Program itu diharapkan dapat memicu kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan pelaku usaha. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar