13 Juni 2025
08:34 WIB
RI-Jepang Teken MoU Kerja Sama Banyak Komoditas, Tembus US$200,8 juta
Pelaku usaha Indonesia dan Jepang menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama perdagangan berbagai komoditas, mulai dari pelet kayu hingga seafood.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dalam Forum Bisnis Indonesia-Jepang di Osaka, Jepang, Rabu (11/6). Sumber: Humas Kemendag
OSAKA - Sejumlah pelaku usaha Indonesia dan Jepang baru saja melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk kerja sama perdagangan di berbagai komoditas, seperti produk kertas, pelet kayu, boga bahari (seafood), cokelat, dekorasi rotan, furnitur kayu, biji kopi, arang kayu, tenaga kerja, hingga pengembangan bisnis biomassa.
Penandatanganan MoU kerja sama perdagangan tersebut, disaksikan oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro yang didampingi Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Fajarini Puntodewi pada Rabu (11/6) di Osaka, Jepang dalam Forum Bisnis Biomassa.
Baca Juga: Simak, Ini Tiga Poin Penting Ekspor ke Jepang
Menurut Wamendag Roro, melalui penandatanganan MoU tersebut, pemerintah Indonesia pun berkomitmen untuk mendukung dan memfasilitasi para pihak yang terlibat.
"Kemendag berkomitmen mendukung dan memfasilitasi pemangku kepentingan, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM) bisnis yang dibuktikan dengan menggelar forum bisnis yang merupakan rangkaian kegiatan misi dagang Indonesia ke Jepang,” ujar Roro dalam keterangan resminya, Kamis (12/6).
Dengan nilai nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani dalam Forum Bisnis Indonesia-Jepang mencapai US$200,8 juta, ia berharap kolaborasi antara kedua negara sebagai mitra dagang makin kuat dan saling menguntungkan.
Roro menilai, Indonesia merupakan mitra dagang yang potensial bagi Jepang. Hal ini menurutnya diperkuat dari bukti Indonesia mampu mengalami pertumbuhan ekonomi 4,87% di kuartal I/2025. Di sisi investasi, Indonesia juga mengalami peningkatan realisasi investasi di tahun 2024, yakni 20,8% dibandingkan tahun 2024.
Tak hanya itu, kata dia, Indonesia dan Jepang sama-sama saing memiliki peluang pasar yang besar untuk dikembangkan, utamanya di sektor potensial seperti nonmigas.
"Ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang menunjukkan tren positif 8,8% dalam lima tahun terakhir (2020-2024). Ekspor utama Indonesia ke Jepang pada 2024 didominasi batu bara dengan porsi 15,8% dari total ekspor Indonesia ke dunia, nikel sebesar 5,52%, dan konduktor elektrik 4,07%," ungkap Roro.
Baca Juga: Tingkatkan Ekspor RI, Kemendag Pimpin Misi Dagang Ke Jepang
Sebaliknya, untuk sisi impor nonmigas Indonesia dari Jepang juga menunjukkan tren positif. Roro menjelaskan, dalam periode 2020-2024, impor tersebut juga naik positif 8,21% yang terdiri dari impor utama adalah produk logam (3,03%), kendaraan bermotor (2,9%), dan tembaga (2,81%).
"Sebagai mitra dagang dan investasi potensial, Indonesia sangat terbuka untuk kerja sama di sektor-sektor strategis termasuk di sektor energi hijau (renewable energy) dan produk berkelanjutan (sustainable product). Dengan komitmen tinggi terkait isu lingkungan, Indonesia mampu menjadi mitra penting Jepang dalam menciptakan rantai pasok hijau dan mendorong transisi energi hijau di kawasan," sambung Roro.