c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

10 Juli 2025

11:56 WIB

RI-AS Sepakat Perpanjang Negosiasi Tarif Dagang 32% Selama Tiga Minggu

Pemerintah mengungkap Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima oleh AS untuk membahas kelanjutan kesepakatan tarif dagang.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">RI-AS Sepakat Perpanjang Negosiasi Tarif Dagang 32% Selama Tiga Minggu</p>
<p id="isPasted">RI-AS Sepakat Perpanjang Negosiasi Tarif Dagang 32% Selama Tiga Minggu</p>

Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto bersalaman dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dalam rangka perpanjangan negosiasi terkait kebijakan tarif dagang di Washington DC, Rabu (9/7). Dok Kemenko Ekonomi

WASHINGTON DC - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk melakukan perpanjangan negosiasi terkait kebijakan tarif, yang pada Senin (7/7) lalu telah mendapat keputusan penetapan tarif 32% dari Donald Trump.

Menyusul keputusan tersebut, Airlangga mengungkap, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima oleh Pemerintah AS untuk membahas kelanjutan kesepakatan tarif. Negosiasi lanjutan ini dianggap mencerminkan kuatnya komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas hubungan dagang.

“Indonesia dan AS sepakat untuk mengintensifkan perundingan tarif dalam tiga minggu ke depan untuk memastikan hasil terbaik bagi kedua belah pihak. Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progres perundingan,” ujar Airlangga dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (10/7).

Baca Juga: Erick Thohir Sebut BUMN Jadi Support System Negosiasi Tarif AS-RI

Usai melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS (Secretary Commerce) Howard Lutnick dan perwakilan United States Trade Representative (USTR) Jamieson Greer pada Rabu (9/7), Menko memastikan kedua negara berupaya menuntaskan negosiasi yang dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan.

Adapun dalam pertemuan tersebut, dirinya juga menyampaikan apresiasi atas proses negosiasi yang selama ini berjalan konstruktif dengan pihak AS. Perundingan yang dilakukan disebut mencakup isu-isu tarif, hambatan nontarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.

Spesifik, Menko menyampaikan, Indonesia dan AS juga melihat potensi besar untuk memperluas kerja sama di sektor strategis seperti mineral kritis.

“AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral kritis tersebut,” ujarnya.

Dia kembali mengatakan, Indonesia akan melanjutkan negosiasi bersama AS dengan itikad baik, serta memastikan bahwa kerja sama yang terjalin nantinya mampu memberikan manfaat yang nyata bagi kedua negara.

Terpisah, sebelumnya Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto mengungkap, sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang melakukan negosiasi dan meneken MoU terkait kesepakatan dagang dengan AS.

Baca Juga: Menkeu AS 'Tambah Waktu' 3 Pekan Untuk Negosiasi Tarif Dagang

Beberapa perusahaan yang dimaksud terdiri dari Pertamina yang menyepakati perjanjian terkait sektor energi, FKS Group yang mendalami sektor pertanian, dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) untuk komoditas kapas.

Selain itu, ada pula PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk yang melakukan perjanjian perdagangan Jagung, diikuti Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) untuk impor jagung.

Meski demikan, Haryo mengaku pihaknya belum bisa mengungkap detail lebih rinci terkait kesepakatan volume dan nilai perdagangan antara perusahaan yang dimaksud dengan pihak AS.

“Karena ini business to business dan juga dari pihak Indonesia sendiri menyampaikan rekan bisnisnya di sana (AS) kurang nyaman kalau disampaikan volume dan kegiatan lainnya,” ujar Haryo dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (9/7).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar