c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

07 Juli 2025

11:25 WIB

Menkeu AS 'Tambah Waktu' 3 Pekan Untuk Negosiasi Tarif Dagang

Pemerintah AS 'mengaktifkan' opsi perpanjangan negosiasi tarif resiprokal dengan mitra dagang selama tiga pekan ke depan. Sejumlah negara terindikasi belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Menkeu AS &#39;Tambah Waktu&#39; 3 Pekan Untuk Negosiasi Tarif Dagang</p>
<p>Menkeu AS &#39;Tambah Waktu&#39; 3 Pekan Untuk Negosiasi Tarif Dagang</p>

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) selaku Ketua Delegasi dan Koordinator Perundingan atas Kebijakan Tarif AS berjabat tangan dengan Menkeu AS Scott Bessent (kanan) di Washington DC, Kamis (24/4). Dok Kemenko Ekonomi

JAKARTA - Menkeu AS Scott Bessent mengisyaratkan, Pemerintah AS 'mengaktifkan' opsi perpanjangan negosiasi tarif resiprokal dengan mitra dagang selama tiga pekan ke depan. Pernyataan ini mengindikasikan sejumlah negara belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS pada tenggat batas waktu Rabu, 9 Juli 2025.

Untuk mengakomodasi itu, Bessent menyampaikan, setidaknya pihaknya akan 'kerja lembur' hingga beberapa hari ke depan mengacu waktu yang tersisa batas waktu 9 Juli 2025. 

"Kami akan sangat sibuk selama 72 jam ke depan," kata Bessent melansir Bloomberg di acara State of the Union CNN, Jakarta, dikutip Senin (7/7).

Baca Juga: Mendag AS Konfirmasi Kebijakan Tarif Resiprokal 'Mundur' 1 Agustus

Sebagaimana diketahui, mitra dagang utama AS dikabarkan bergegas selama akhir pekan untuk dapat mengamankan slot kesepakatan perdagangan atau bahkan melobi untuk waktu tambahan negosiasi.

Dalam sebuah unggahan medsos pada Minggu (6/7) malam, Presiden Donald Trump menyampaikan, Washington akan mulai mengirimkan surat 'bea masuk baru' pada Senin (7/7) waktu setempat.

Sebelumnya, Trump juga mengatakan, surat-surat tersebut yang ditujukan kepada 12-15 mitra dagang akan mulai dikirimkan pada Senin, sambil mengisyaratkan bahwa beberapa kesepakatan juga akan segera terwujud. 

"Saya kira sebagian besar negara akan menyelesaikannya (negosiasi tarif) pada 9 Juli, baik berupa surat atau kesepakatan," jelas Trump.

Kembali, Bessent mengisyaratkan bahwa surat yang akan dikirim Presiden Trump kepada mitra dagang tersebut bukanlah keputusan akhir mengenai tarif impor langsung suatu negara.

Nampaknya, AS akan mengimplementasi pemungutan pajak baru itu pada 1 Agustus 2025 mendatang. Karena itu, Bessent melanjutkan, masih ada waktu bagi mitra dagang yang belum mencapai kesepakatan negosiasi untuk mengajukan penawaran.

Selama berminggu-minggu, AS telah mengisyaratkan bahwa tarif timbal balik Trump akan diterapkan pada 9 Juli ke tingkat yang lebih tinggi bagi negara-negara yang gagal mengamankan kesepakatan dagang.

Baca Juga: Progres Negosiasi Tarif Dagang AS, Airlangga: RI Sudah Sampaikan Penawaran Kedua

Namun, Bessent mengakui bahwa banyaknya diskusi yang sedang berlangsung terkait 'kebijakan strategis' AS untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan ini cukup sulit tercapai di tahap akhir.

"Ada banyak kemacetan (negosiasi dagang) menjelang akhir. Jadi, dengan memberi tahu mitra dagang kami bahwa tarif bisa kembali seperti tanggal 2 April, saya pikir ini benar-benar akan mempercepat proses dalam beberapa hari dan minggu ke depan," urai Bessent.

Ancaman Tarif Tinggi
Meski demikian, Bessent menolak menyebut penerapan tarif resiprokal yang 'molor' ke tanggal 1 Agustus 2025 sebagai batas waktu baru untuk bernegosiasi dengan perdagangan AS. Adapun ini disampaikan langsung kepada negara-negara yang bakal menerima surat kebijakan dagang baru AS.

"Jika (negara) anda ingin mempercepatnya, silakan saja. Jika anda ingin kembali ke tarif lama (tinggi), itu pilihan anda," tegasnya.

Bessent mengatakan, fokusnya adalah pada 18 mitra dagang utama dan beberapa perjanjian besar yang hampir tercapai, meskipun ada banyak hambatan di pihak lain. 

Baca Juga: Mendag Pastikan Kesepakatan Tarif Dagang RI-AS Belum Tercapai!

Pejabat Trump telah menyatakan selama berminggu-minggu bahwa beberapa perjanjian akan segera tercapai. Sayangnya, hanya kerangka kerja terbatas dengan Inggris, 'gencatan senjata perang dagang' dengan China, dan garis besar singkat perjanjian AS dengan Vietnam yang telah diumumkan.

Sekilas, pernyataan terbaru Trump dan Bessent menunjukkan pembicaraan masih belum jelas dan kesepakatan dagang anyar sulit dicapai tiga hari sebelum batas 9 Juli 2025. 

Menteri Keuangan AS mengatakan Washington memberikan tekanan maksimal pada mitra dagang, dengan kemajuan yang sangat baik dalam pembicaraannya dengan Uni Eropa yang memegang hampir 20% dari total perdagangan barang AS.

Surat-surat tersebut seharusnya dikirim pada 4 Juli, dengan tanggal pemberlakuan tarif pada tanggal 1 Agustus. Sementara itu, para pejabat AS telah sibuk bernegosiasi selama akhir pekan, termasuk dengan Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, India, dan Vietnam.

Baca Juga: Contek Inggris, Tim Negosiasi Tarif AS Upayakan Tarif Turun Maksimal

Salah satu jurus khas Trump dalam pembuatan kesepakatan adalah ancaman sepihak saat negosiasi mencapai tahap kritis. Sehingga tidak jelas apakah surat yang dijelaskannya itu asli atau sekadar menakut-nakuti mitra dagang yang masih enggan menawarkan konsesi menarik di menit-menit terakhir.

Setelah Trump mengumumkan perjanjian dengan Vietnam pekan lalu, Kementerian Luar Negeri negara itu mengatakan para negosiator masih berkoordinasi dengan mitra mereka di AS untuk menyelesaikan rinciannya.

Sementara kesepakatan sementara dengan India juga diperkirakan akan tercapai, para pejabat di New Delhi malah mengisyaratkan sikap yang lebih keras dalam beberapa hari terakhir.

India mengancam akan mengenakan pungutan pada beberapa barang AS sebagai balasan atas tarif yang lebih tinggi yang dikenakan Washington pada mobil dan komponennya.

Korea Selatan juga prihatin dengan kebijakan tarif otomotif, dan telah berdiskusi dengan pejabat AS untuk memperpanjang batas waktu dalam upaya terakhir untuk menghindari pungutan yang lebih tinggi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar