22 Desember 2023
15:04 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai penting menurunkan inflasi dan harga pangan 2024 karena akan berimplikasi pada penurunan demand atau permintaan domestik dan konsumsi masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah.
Menurut Sri Mulyani, masalah pangan, khususnya kenaikan harga pangan dampaknya sangat regresif atau bisa memukul mundur demand dan konsumsi masyarakat jika terus berlanjut.
"Dampak dari kenaikan harga pangan, sangat sangat regresif pengaruhnya ke kelompok menengah bawah, jauh lebih besar. Jadi itu harus diperbaiki dari sisi inflasi maupun kenaikan harga pangan," ujarnya dalam Seminar Nasional Perekonomian Outlook Indonesia di St. Regis, Jakarta, Jumat (22/12).
Sementara itu, untuk menjaga konsumsi kelompok masyarakat kelas menengah, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah sudah memberikan insentif. Di antaranya, keringanan pajak untuk pembelian mobil dan rumah.
Baca Juga: BPS: Inflasi Pangan Bergejolak Lebih Rendah Dibanding 3 Tahun Lalu
Dia menilai masyarakat kelas menengah sudah memiliki daya beli dan tinggal ditambah stimulus. Selain itu, insentif juga bertujuan mendorong sisi suplai, karena sektor usaha mobil dan properti akan menimbulkan multiplier effect ke perekonomian.
"Ini semua ditujukan agar sisi suplai (terdongkrak), soalnya properti dan konstruksi itu punya multiplier yang banyak, sedangkan dari sisi kelompok menengah yang kita lihat masih punya daya beli, mereka perlu dipacu untuk bisa," tutur Bendahara Negara.
Selanjutnya, Menkeu melihat investasi dan credit growth perbankan saat ini sudah cukup baik namun belum sesuai ekspektasi. Dia mewanti-wanti agar tahun depan tidak terjadi fenomena mengerem investasi ataupun pembiayaan.
Sri Mulyani menilai dua persoalan tersebut akan menjadi masalah jika tidak dipacu. Padahal dari sisi investasi, Indonesia sudah melakukan beberapa program untuk menarik penanaman modal asing, seperti menggalakkan hilirisasi dan menjalankan reformasi di bidang business climate.
"Jangan sampai di 2024 ada sedikit ngerem untuk kredit growth, ini akan jadi persoalan dari sisi investasi meski effort ita untuk menaikkan foreign direct investment," katanya.
Sri Mulyani juga menyampaikan resep kebijakan fiskal pada 2024 akan fokus untuk menangani masalah fundamental jangka panjang. Contohnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Sementara untuk jangka pendek, kebijakan fiskal tahun depan bisa digunakan sebagai counter cyclical, seperti yang dilakukan pemerintah saat pandemi pada 2020 lalu.
"Policy fiskal kita akan tetap support, baik masalah fundamental jangka panjang, maupun cyclical jangka pendek," imbuh Menkeu.
Baca Juga: Komoditas Hortikultura Kerek Inflasi November Jadi 0,38%
Sri Mulyani menyampaikan kebijakan fiskal menghadapi tantangan 2024 tidak berbeda jauh dengan tahun ini. Namun dia tidak membeberkan secara gamblang "resep" fiskal yang dimaksud.
Menkeu hanya menuturkan ada beberapa insentif yang akan dimodifikasi, fokus cash transfer untuk kelompok masyarakat bawah, mendorong konsumsi masyarakat menengah, serta memberikan insentif untuk menggaet investasi.
"Kalau restoran enggak boleh bilang resepnya, nanti customer enggak senang. Kan 2024 tidak sama persis dengan 2023, jadi pasti ada perubahan," tutup Sri Mulyani.