c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

01 Desember 2023

11:47 WIB

Komoditas Hortikultura Kerek Inflasi November Jadi 0,38%

BPS mengidentifikasi, sebanyak 3 dari 8 komoditas utama penyebab inflasi November 2023 adalah komoditas hortikultura yaitu cabai merah, cabai rawit dan bawang merah

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Komoditas Hortikultura Kerek Inflasi November Jadi 0,38%
Komoditas Hortikultura Kerek Inflasi November Jadi 0,38%
Ilustrasi pedagang menunjukan bawah merah yang dijual di sebuah pasar.. ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud melaporkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,38% (month-to-month/mtm) pada November 2023. 

Dengan demikian, terjadi peningkatan Indeks Harga konsumen (IHK) dari 115,64 poin pada Oktober 2023 menjadi 116,08 poin pada November 2023. 

Dirinya menekankan, inflasi bulanan November 2023 lebih tinggi dibandingkan posisi inflasi Oktober 2023 yang sebesar 0,17% (mtm) maupun inflasi November 2022 yang sebesar 0,09% (mtm).

“Dalam grafik, terlihat tingkat inflasi bulan November 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya maupun bulan yang sama tahun yang lalu,” jelasnya dalam laporan BRS Perkembangan Indeks Harga Konsumen November 2023, Jakarta, Jumat (1/12). 

Baca Juga: Zulhas Minta Pemda Gunakan Dana Cadangan Untuk Tekan Harga Cabai

Selanjutnya, Edy juga melaporkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,86% jika ditilik secara tahunan (year-on-year/yoy), dan inflasi 2,19% sepanjang tahun kalender (year-to-date/ytd).

Pihaknya menyampaikan, kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar selama November 2023 sebesar 1,23% dengan andil inflasi sebesar 0,32%.

Adapun komoditas penyumbang utama inflasinya adalah cabai merah dengan andil inflasi sebesar 0,16%; diikuti cabai rawit dengan andil sebesar 0,08%; bawang merah dengan andil sebesar 0,03%; beras dengan andil sebesar 0,02%; dan gula pasir serta telur ayam ras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01%.  

Secara khusus, Edy menggarisbawahi, sebanyak 3 dari 8 komoditas utama penyebab inflasi pada November 2023 adalah komoditas hortikultura. Yakni cabai merah yang mengalami inflasi pada November sebesar 42,83%; disusul cabai rawit dengan inflasi sebesar 43,27%; dan bawang merah yang mengalami inflasi sebesar 11,49%.

“Ketiganya menyumbang andil inflasi sebesar 0,27%. (Sementara itu), tingkat inflasi ketiga komoditas tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama di dua tahun sebelumnya,” paparnya.

Selain itu, terdapat komoditas di luar kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil yang cukup signifikan terhadap inflasi secara bulanan. 

Di antaranya tarif angkutan udara dengan andil inflasi sebesar 0,04%; kemudian emas-perhiasan dengan dengan andil sebesar 0,03%; dan tarif air minum dengan andil sebesar 0,01%. 

“Sementara itu terdapat komoditas yang juga memberikan dorongan deflasi yaitu bensin dengan andil deflasi sebesar 0,04%, kemudian ada ikan segar dan daging ayam ras dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01% 

Secara keseluruhan 90 kota IHK yang dipantau pergerakan IHK bulanannya, sebanyak 79 kota mengalami inflasi, dengan 36 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Sedangkan, sebanyak 11 kota lainnya terpantau mengalami deflasi.

Untuk Pulau Sumatra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandar Lampung sebesar 1,05% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,21% (mtm).

Adapun di Pulau Jawa, inflasi merata terjadi di seluruh wilayah dengan inflasi terendah terjadi di Kota Cirebon sebesar 0,16% (mtm), kemudian inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,87% (mtm).

Baca Juga: BI Nilai Kenaikan Gaji ASN dan UMP Tak Signifikan Kerek Inflasi

Kemudian Kepulauan Bali-Nusra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja sebesar 0,87% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Waingapu sebesar 0,37% (mtm). Di pulau Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Banjarmasin sebesar 0,81% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Singkawang sebesar 0,01% (mtm).

Di pulau Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gorontalo sebesar 0,98% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Mamuju sebesar 0,28% (mtm). Terakhir, di kepulauan Maluku-Papua, inflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,84% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Tual sebesar 0,51% (mtm).

Secara nasional, per November 2023, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandar Lampung sebesar 1,05% (mtm). Sedangkan deflasi terdalam di Indonesia terjadi di Kota Tual sebesar 0,51% (mtm).

“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandar Lampung dengan komoditas penyumbang inflasi antara lain cabai merah dengan andil inflasi sebesar 0,57%; cabai rawit (0,20%); bawang merah (0,07%); daging ayam ras (0,05%); tarif angkutan udara (0,03%); dan telur ayam ras (0,03%),” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar