07 Oktober 2025
17:46 WIB
Rayu Investor, Menko Airlangga Beberkan Ekonomi RI Tumbuh Solid
Capaian realisasi investasi, posisi cadangan devisa hingga tingkat inflasi yang dirasa aman jadi indikator yang mewakili pertumbuhan solid ekonomi RI.
Penulis: Siti Nur Arifa
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech dalam agenda Wealth Wisdom Bank Permata di Jakarta, Selasa (7/10). ValidNewsID/Siti Nur Arifa
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto meyakini para investor, bahwa perekonomian Indonesia masih tumbuh solid di tengah kondisi perekonomian global yang masih tidak pasti serta sulit diprediksi.
"(Ekonomi) Indonesia tetap tumbuh solid, kuartal II lalu pertumbuhan mencapai 5,12%. Dibandingkan banyak negara lain di G20, Indonesia masih positif," ujar Menko Airlangga saat menyampaikan keynote speech dalam agenda Wealth Wisdom Bank Permata di Jakarta, Selasa (7/10).
Menurutnya, catatan tersebut menunjukkan Indonesia mampu menjaga stabilitas di tengah kondisi ketidakpastian yang terjadi.
Menko juga menyorot realisasi investasi di Semester I/2025 yang mencapai target sebesar Rp942,9 triliun. Bahkan, realisasi di kuartal III disebut telah mencapai Rp1.400 triliun.
Dirinya juga menyorot beberapa indikator perekonomian lain, di antaranya cadangan beras Bulog yang mencapai sekitar 3 juta ton, salah satu yang tertinggi sehingga memastikan pangan RI tetap stabil dan menjaga tingkat inflasi yang masih berada di batas aman.
Baca Juga: Indonesia Perlukan Pertumbuhan Ekonomi Sekitaran 7%
"Pemerintah juga melanjutkan program bantuan sosial bagi 18,3 juta penduduk berupa bantuan pangan beras 10 kilogram per bulan, dan 20 kilogram untuk November–Desember mendatang. Pemerintah terus menjaga daya beli masyarakat terutama di kelompok desil bawah. Selain itu, ada program SPHP, yaitu beras murah yang kini juga tersedia di ritel modern," ungkap Menko.
Dari sisi ketenagakerjaan, Menko juga mengungkap tingkat pengangguran saat ini berada di kisaran 4,76% yang menurutnya terendah sejak 1998, dengan upah minimum tahun lalu naik 6,5%.
Selain itu, tingkat kemiskinan juga diklaim turun menjadi 8,47%, diikuti Pemerintah yang kini memiliki data tunggal sosial ekonomi nasional, sehingga seluruh data sosial sudah terkonsolidasi.
"Pemerintah menggulirkan deregulasi untuk mempercepat perizinan usaha. Regulasi baru efektif berlaku 5 Oktober, di mana seluruh instansi wajib menyelesaikan izin dalam 20 hari kerja. Bila izin tidak terbit dalam jangka itu, maka otomatis dinyatakan keluar," ujar Airlangga.
Menko juga menyorot langkah Pemerintah yang telah meluncurkan bullion bank atau bank emas, mengingat emas selalu menjadi safe haven saat gejolak ekonomi.Meski baru ada dua bank yakni Bank BRI dan Bank Syariah Indonesia yang menjalankan fungsi bank emas.
Airlangga menambahkan, produk emas nasional kini bisa dimurnikan oleh PT Freeport McMoran dengan kapasitas 60–70 ton per tahun.
"Emas kini dapat disimpan dan dimonetisasi di dalam negeri," imbuhnya.
Pamer Kerja Sama Ekonomi Internasional
Lebih lanjut, Menko juga menggarisbawahi langkah Indonesia yang telah bergabung dalam BRICS, sebagai kelompok negara Global South bersama India dan China, yang diproyeksi dapat memperkuat daya tawar Indonesia dalam kerja sama ekonomi global.
Dalam perdagangan internasional, Menko juga menyorot penandatanganan IEU-CEPA yang membuka akses pasar hingga ke 680 juta penduduk.
Selain itu, Menko menyorot posisi Indonesia yang masih bernegosiasi dengan Amerika Serikat, walau perundingan sempat tertunda karena shutdown pemerintahan AS.
Baca Juga: Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,9% Menurut OECD, Ini Respons Menko Airlangga
"Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 5% dan dalam jangka menengah dapat mencapai 8%. Fokus utama diarahkan pada investasi infrastruktur, energi terbarukan seperti solar cell, serta digitalisasi UMKM," tambah Airlangga.
Menko kembali menegaskan, Pemerintah juga menjaga kebijakan fiskal yang prudent dengan defisit di bawah 3% dan rasio utang di bawah 40%.
"Saya berharap para investor yang hadir di ruangan ini, yang rata-rata berpendapatan di atas US$20.000 dapat ikut mendorong kemajuan Indonesia agar 280 juta penduduk turut menikmati kesejahteraan. Target pemerintah, pendapatan per kapita nasional mencapai minimal US$10.000 pada 2030," tandasnya.