c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

19 September 2025

18:49 WIB

Indonesia Perlukan Pertumbuhan Ekonomi Sekitaran 7%

Untuk jadi negera berpendapatan tinggi, ISEI menilai pertumbuhan ekonomi sebesar 6 hingga 7% per tahun hingga 2045sangat diperlukan. 

Editor: Rikando Somba

<p>Indonesia Perlukan Pertumbuhan Ekonomi Sekitaran 7%</p>
<p>Indonesia Perlukan Pertumbuhan Ekonomi Sekitaran 7%</p>

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dengaan ramainya bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Validnews/Darryl Ramadhan

JAKARTA- Indonesia perlu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6 hingga 7% per tahun hingga 2045 untuk menjadi negara berpendapatan tinggi. Dan, menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), pertumbuhan itu  hanya dapat dicapai melalui perubahan struktural berbasis peningkatan produktivitas dan perlunya kolaborasi antara akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah untuk mewujudkan ekonomi yang tangguh, mandiri, dan sejahtera.

Ketua Umum Pengurus Pusat ISEI Perry Warjiyo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/9), menyampaikan bahwa kontribusi pemikiran ISEI kepada pemerintah dan masyarakat diwujudkan melalui kajian tentang transformasi ekonomi. Kajian ini menekankan pentingnya pertumbuhan yang inklusif, merata, efisien, dan berkelanjutan. Hasilnya tertuang dalam dokumen Kajian Kebijakan Publik (KKP) volume 6.0.

Perry menambahkan bahwa pemikiran ini sejalan dengan gagasan Begawan Ekonomi Indonesia, yakni Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo, yang meyakini bahwa kemandirian dan nasionalisme ekonomi sangat penting. "Tujuan akhir pembangunan adalah kesejahteraan rakyat, bukan sekadar pertumbuhan angka-angka makroekonomi," kata Perry.

ISEI juga menekankan pentingnya strategi hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur ekonomi. Namun, hilirisasi harus diarahkan agar lebih inklusif, terutama di sektor mineral dan pertanian, melalui model hilirisasi pangan end-to-end.

Kelompok cendekiawan ini juga menilai   ekonomi dan keuangan digital dipandang sebagai sumber pertumbuhan baru. Digitalisasi berpotensi menjadi mesin utama pertumbuhan berkelanjutan karena mampu memperluas inklusivitas, meningkatkan efisiensi, dan mendorong produktivitas, yang krusial untuk menghindari middle income trap.

Selain itu, pembiayaan memegang peran penting, baik melalui perluasan peran lembaga pembiayaan di sektor perumahan, maupun pendekatan adaptif dan terdiversifikasi untuk UMKM. Sementara sektor perumahan diposisikan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan permintaan domestik.

Rupiah Melemah
Sementara, kondisi perekonomian Indonesia hari ini kurang stabil. Hari ini, nilai  tukar rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat pagi. Penurunan  terjadi seiring rebound nilai dolar AS pascakeputusan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuannya.

Pada Jumat pagi, rupiah dibuka terkoreksi 44 poin atau 0,27% ke level Rp16.571 per dolar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp16.527 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan pergerakan rupiah hari ini diperkirakan cenderung melemah, tertekan kombinasi faktor eksternal dan domestik. Sedangkan rupiah turut tertekan oleh kekhawatiran defisit fiskal akibat stimulus paket ekonomi pemerintah.

"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan rebound oleh sikap "less hawkish" the Fed di FOMC, dolar AS juga didukung oleh data pekerjaan klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan," ujar dia. 

Baca juga: Defisit RAPBN 2026 Melebar, Ekonom: Berisiko Tapi Bisa Dimaklumi

                    IHSG Tembus 8.000, BEI: Cerminkan Optimisme Pasar

Sentimen domestik juga dipengaruhi adanya rencana revisi Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). Kata Lukman,  kekhawatiran timbul karena adanya wacana perluasan mandat Bank Indonesia dan fungsi pengawasan Bank Indonesia oleh DPR RI dalam revisi UU tersebut.

Salah satu yang dibahas yakni soal tujuan BI yang tidak lagi hanya sebatas mencapai stabilitas nilai rupiah, tetapi juga memelihara stabilitas sistem keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

Adapun, The Fed pada Rabu waktu setempat atau Kamis (18/9) dini hari, menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,00-4,25 persen. Pemangkasan tersebut menjadi yang pertama sepanjang 2025 setelah bank sentral AS menahan suku bunga selama lima kali pertemuan beruntun.

The Fed juga memberi sinyal kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan hingga akhir tahun 2025.

Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.450 hingga Rp16.600 per dolar AS pada perdagangan hari Jumat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar