13 November 2025
10:49 WIB
Punya Kekayaan Alam Melimpah, Menperin Genjot Hilirisasi Untuk Bahan Baku Obat
Dalam konteks farmasi, kosmetik dan obat bahan alam, Agus menjelaskan hilirisasi berarti bisa mengolah potensi kekayaan alam seperti minyak atsiri, rempah, dan tanaman obat menjadi bahan baku obat.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Foto ilustrasi aktivitas pengeringan jahe merah yang telah dirajang. Hasilnya akan dijual ke industri farmasi, jamu, kosmetik, makanan maupun suplemen. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia kaya akan bahan alam yang bisa dikembangkan menjadi obat aktif, suplemen, hingga kosmetik. Diperlukan hilirisasi untuk memanfaatkan kekayaan tersebut dan meningkatkan kemandirian bahan baku dalam negeri.
Ia menambahkan, sektor farmasi, kosmetik dan obat bahan alam memiliki peran strategis sangat penting dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional
“Kita patut bersyukur karena indonesia memiliki kekayaan alam luar biasa, lebih dari 30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang dapat dikembangkan menjadi aktif obat, kosmetik maupun suplemen kesehatan. Potensi besar ini tentu akan menjadi modal besar bagi kita untuk memperkuat industri berbasis inovasi dan kearifan lokal,” kata Agus di Kantor Kementerian Perindustrian pada Rabu (12/11).
Baca Juga: Bahan Baku Obat Herbal Mayoritas Belum Dibudidayakan
Saat ini, Kementerian Perindustrian mencatat terdapat 219 industri farmasi yang mayoritas merupakan industri besar. Lalu, sekitar 1.043 industri obat bahan alam yang didominasi oleh industri kecil dan menengah dengan persentase 86%. Sementara itu, ada sekitar 1.200 industri kosmetik dengan 89% di antaranya merupakan industri kecil dan menengah.
Agus menekankan Kementerian Perindustrian secara konsisten memperkuat transformasi sektor ini melalui program peningkatan kapasitas produksi, hubungan riset dan inovasi serta kemitraan antara industri, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan pemerintah.
“Tujuannya jelas, agar Indonesia tidak menjadi pasar tapi sebagai produsen utama produk kesehatan dan kecantikan berbasis inovasi, untuk mensuplai kebutuhan-kebutuhan baik itu domestik maupun global,” tegas Agus.
Agus menyadari hilirisasi merupakan kunci utama untuk memperkuat daya saing industri nasional. Menurutnya, sumber daya alam yang melimpah dimiliki Indonesia ini harus dapat diolah secara optimal agar mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi serta membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
Dalam konteks farmasi, kosmetik dan obat bahan alam, Agus menjelaskan hilirisasi berarti bisa mengolah potensi bahan lokal seperti minyak atsiri, rempah, dan tanaman obat menjadi bahan aktif, tapi produk akhir tetap mengedepankan standar mutu internasional.
“Melalui pendekatan ini kita bukan hanya mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, tetapi menciptakan rantai pasok yang kuat, rantai pasok efisien, dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Baca Juga: Potensi Besar Jahe Merah Dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
Agus menekankan Kementerian Perindustrian terus memfasilitas pengembangan pilot project atau pilot plan bahan baku, obat, dan kosmetik, serta membangun center of excellence untuk riset dan pengujian bahan alam.
“Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar industrialisasi dan hilirisasi sektor kesehatan nasional, yang pada akhirnya akan memperkuat kemandirian bangsa dalam bidang farmasi dan kosmetik,” imbuhnya.
Untuk itu, Agus menilai penyelenggaraan Indonesia Pharmaceutical & Cosmetics For Sustainability Tahun 2025 ini merupakan wadah yang penting untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat.
“Melalui ajang ini, mari kita tunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi pemain utama industri kesehatan dan kecantikan global yang tidak hanya inovatif, tetapi juga berkelanjutan,” pungkasnya.