c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

20 Oktober 2025

21:00 WIB

PTBA Ungkap Hilal Proyek DME, Siap Groundbreaking Tahun Depan?

PTBA menyebut satu pabrik DME membutuhkan investasi sekitar US$2,5 miliar atau sekitar Rp40 triliun.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">PTBA Ungkap Hilal Proyek DME, Siap <em>Groundbreaking</em> Tahun Depan?</p>
<p id="isPasted">PTBA Ungkap Hilal Proyek DME, Siap <em>Groundbreaking</em> Tahun Depan?</p>

Petugas mengoperasikan stekker recliming untuk memindahkan batubara ke conveyor belt di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatra Selatan. ANTARAFOTO/Nova Wahyudi

JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk terus mengkaji proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang mandek sejak perusahaan asal Amerika Serikat, yakni Air Products mundur dari kerja sama sekitar tahun 2023 lalu.

Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PT Bukit Asam Tbk Turino Yulianto menyebut proyek itu agaknya sudah menemui titik terang, setelah melalui diskusi dengan PT Pertamina Patra Niaga dan Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.

Ia juga menyebut, pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME yang bertujuan mensubstitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) itu bisa mulai dibangun pada tahun 2026 mendatang

"Insyaallah ini semakin mengerucut. Kami dengan teman-teman Pertamina Patra Niaga, dengan Satgas semakin kompak. Semoga kalau tidak ada halangan, saya kira tahun depan sudah bisa mulai," kata Turino dalam gelaran HIPMI-Danantara Indonesia Business Forum 2025, Senin (20/10).

Baca Juga: PTBA Siapkan Lahan 600 Hektare Untuk Kawasan Hilirisasi Batu Bara

Proyek coal to DME, sambung Turino, masuk ke dalam kategori hilirisasi batu bara skala besar dengan kebutuhan investasi US$2,5 miliar atau sekitar Rp40 triliun untuk 1 unit pabrik Dimethyl Ether.

"Yang kita bangun ada beberapa, yang skala besar itu DME. Satu pabrik DME itu kira-kira US$2,5 miliar, sekitar Rp40 triliun," sambungnya.

PTBA pun telah menyiapkan lahan seluas 600 hektare untuk kawasan khusus hilirisasi batu bara, salah satunya proyek coal to DME. Kemudian, disiapkan juga cadangan 800 juta ton batu bara untuk proyek hilirisasi.

Turino memperkirakan terkhusus proyek gasifikasi batu bara menjadi DME, kebutuhan per pabriknya adalah 5-6 juta ton per tahun. Dengan asumsi operasional pabrik selama 20 tahun, maka diperlukan sekitar 120 juta ton batu bara untuk satu pabrik.

"DME itu hanya perlu 5-6 juta ton (batu bara) per tahun, berarti 120 juta ton kira-kira," tambah dia.

Lebih lanjut, Turino tak menampik salah satu penghambat proyek gasifikasi coal to DME pada masa lampau adalah aspek keekonomian. Sehingga, PTBA terus mengkaji dan menghitung, serta berdiskusi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) supaya proyek itu bisa lebih ekonomis untuk digarap.

Kemudian, emiten pertambangan pelat merah berkode saham PTBA itu juga terus mencari mitra teknologi yang pas dan bisa memberi harga terjangkau jika dibandingkan dengan penawaran yang dilayangkan Air Products beberapa tahun lalu.

Dengan begitu, proyek DME diyakini bisa lebih ekonomis dan memenuhi ekspektasi pemerintah untuk mensubstitusi produk Liquified Petroleum Gas (LPG) yang notabene impornya terus meningkat setiap tahun.

"Ini yang kami lagi duduk sebetulnya. Keekonomian ini kan bergantung harga batu bara, investasinya, dan harga jualnya. Kami lagi rembug dengan Danantara Indonesia," jabar dia.

Baca Juga: Sebelum Garap Grafit Sintetis, ESDM Minta PTBA Laporkan Hasil Kajian DME

Dia juga membeberkan calon mitra pengganti Air Products untuk menggarap DME kemungkinan besar berasal dari Tiongkok. Hal itu tak lepas dari rekam jejak mumpuni Negeri Panda dalam menggarap proyek gasifikasi batu bara.

Sejak sekitar 30 tahun lalu, China sudah memiliki pabrik gasifikasi batu bara. Seiring berkembangnya teknologi, kini negara yang dipimpin Xi Jinping itu mampu mendongkrak nilai tambah batu bara hingga 10 kali lipat.

"Kenapa China melakukan itu? Karena mereka paham batu bara inilah sumber energi termurah, tinggal bagaimana teknologinya kita implementasikan untuk menghasilkan produk lain yang bernilai tambah," tandas Turino.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar