c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

06 September 2025

16:25 WIB

Proyek Sampah Jadi Energi Potensial, JP Morgan Minta Ini ke RI

JP Morgan Indonesia mengakui proyek sampah jadi energi oleh Danantara potensial. RI patut mencontoh, Singapura, China, bahkan negara berkembang lainnya yang sukses mengelola sampahnya.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

Editor: Khairul Kahfi

<p>Proyek Sampah Jadi Energi Potensial, JP Morgan Minta Ini ke RI</p>
<p>Proyek Sampah Jadi Energi Potensial, JP Morgan Minta Ini ke RI</p>

Alat berat memindahkan sampah di kawasan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant, TPST Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (19/3/2025). Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay/YU

JAKARTA - CEO and Senior Country Officer JP Morgan Indonesia, Gioshia Ralie, mengatakan, proyek sampah jadi energi (waste to energy) yang dicanangkan pemerintah melalui BPI Danantara Indonesia potensial. Saat ini, beberapa negara di dunia sudah tidak menggunakan teknik membakar pada sampah yang dihasilkan.

“Mengenai waste to energy proyek Danantara, itu proyek sangat baik dan harus kita dukung. Salah satu challenge di Indonesia adalah masalah sampah,” kata Gioshia dalam media briefing, Jakarta, dikutip Sabtu (6/9).

Baca Juga: Danantara Bakal Sulap Sampah Jadi Listrik, Ini Syaratnya

Indonesia yang masih menghasilkan karbon dari teknik pembakaran sampah, sambungnya, harus mencontoh Singapura dan China yang punya pengelolaan sampah secara optimal. Bahkan, pengelolaan sampah di sejumlah negara berkembang lainnya sudah lebih maju.

Namun sebelum itu semua, dia mengingatkan, perbaikan birokrasi jadi salah satu kunci untuk memastikan aliran investasi waste to energy bisa terealisasi segera. Terlebih, proyek ini punya potensi yang besar bagi Indonesia.

“Kalau sekarang mereka (pemerintah) mau fokus proyek waste to energy Indonesia, kita harus dukung. Indonesia harus cepat dan eksekusinya harus kredibel ya. Banyak eksekusinya itu lama dikarenakan oleh birokrasi,” ujarnya.

Baca Juga: KADIN Indonesia Sambut Baik Patriot Bond untuk Biayai Proyek Berkelanjutan

Potensi Renewable RI Besar, Tapi Butuh Waktu
Gio juga mengingatkan, Indonesia perlu sabar pada proyek lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) yang membutuhkan waktu panjang. Misalnya, menurunkan emisi pada pertambangan sektor migas yang memerlukan waktu dan kedisiplinan pada eksekusinya.

“Kita sebagai bank, yang dilihat oleh stakeholder-nya juga bisa support mereka dan itu sangat penting. Tapi proyek renewable itu terbatas ya,” kata Gioshia.

Baca Juga: Prabowo Minta Program Waste to Energy Rampung 18 Bulan

Senada, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan, banyak perusahaan di Indonesia kini berfokus pada sektor energi terbarukan. Hal ini disebabkan oleh tingginya valuasi yang diberikan investor kepada sektor tersebut.

Jika mau dibandingkan, valuasi emiten yang berusaha di sektor komoditas seperti batu bara hanya maksimal dinilai 5 kali price to earnings ratio (PE). Sebaliknya, valuasi sektor energi terbarukan bisa maksimal mencapai 15-20 kali lipatnya, karena masih langka.

"Sektor (usaha) renewable itu selalu dicari, tinggal masalahnya ekonominya masuk enggak nih,” jelas Henry.

Baca Juga: Percepat Penanganan Sampah, Pemerintah Libatkan Danantara Dan Swasta

Ke depan, dia menilai, pemerintah masih akan konsisten mendukung program energi terbarukan karena potensi ekonominya yang sangat besar. 

“Di Indonesia, (potensi) sektor renewable besar, ada geotermal, solar, ke depannya ada wind farm (PLTB). Ini akan terus dieksplorasi dan pemerintah sudah punya target sustainability untuk green roadmap-nya, tapi itu butuh waktu,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar