c

Selamat

Selasa, 14 Mei 2024

EKONOMI

27 November 2023

21:00 WIB

Proyek Blue Ammonia Teluk Bintuni Tekan Emisi 1,6 juta ton CO2

Proyek blue ammonia di Teluk Bintuni ditargetkan onstream pada 2030 dengan kapasitas produksi hingga 875 ribu ton per tahun.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Rheza Alfian

Proyek Blue Ammonia Teluk Bintuni Tekan Emisi 1,6 juta ton CO2
Proyek Blue Ammonia Teluk Bintuni Tekan Emisi 1,6 juta ton CO2
Ilustrasi. Area kilang yang memproduksi Green Diesel (D100) dan Green Avtur di Kilang PT Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jateng, Kamis (27/10/2022). Antara Foto/Idhad Zakaria

JAKARTA - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berkomitmen untuk mengawal proyek blue ammonia di Teluk Bintuni, Papua Barat sebagai bentuk dukungan transisi energi di tanah air.

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menerangkan, proyek itu menjadi pionir produsen blue ammonia ramah lingkungan di Asia Tenggara dan berpotensi menekan emisi karbon sebanyak 80% atau setara 1,6 juta ton CO2 per tahun.

Karena itu, Taufik menyambut hangat mandat yang diberikan oleh pemerintah kepada KPI untuk mengembangkan blue ammonia sebagai alternatif amonia ramah lingkungan. Pengembangan blue ammonia ia sebut akan berkontribusi bagi pertumbuhan industri petrokimia di Papua Barat.

"Proyek ini ditargetkan onstream di tahun 2030 dengan kapasitas produksi hingga 875 ribu ton per tahun," ucap Taufik lewat keterangan tertulis di Jakarta, Senin (27/11).

Baca Juga: Permintaan Blue Dan Green Ammonia Ditaksir Terus Naik

Mandat dari pemerintah terkait dekarbonisasi blue ammonia, sambung Taufik, akan menambah prestasi KPI yang hingga tahun lalu berhasil mereduksi 3,3 juta ton CO2 emisi karbon.

"Proyek ini akan menambah prestasi KPI yang terhitung akumulatif di tahun 2022 melakukan reduksi emisi karbon hingga 3,3 juta ton CO2," kata dia.

Lebih lanjut, Corporate Secretary KPI Hermansyah Nasroen menambahkan pihaknya sebagai Subholding Pertamina bidang Kilang dan Petrokimia sangat antusias untuk melakukan kolaborasi, khususnya pada fase studi kelayakan pengembangan blue ammonia di Teluk Bintuni.

Menurutnya, fase studi kelayakan sangat penting untuk meneliti dan mengoptimalkan pasokan gas, termasuk soal injeksi CO2 dalam mengembangkan blue ammonia.

Adapun studi kelayakan yang dilaksanakan tahun ini merupakan implementasi dari penandatanganan nota kesepahaman antara Kilang Pertamina Internasional dengan BP Berau Ltd (BP) sebagai operator Lapangan Tangguh.

"Fase studi kelayakan ini sangat penting untuk meneliti dan mengoptimalkan potensi pasokan gas dan injeksi CO2 dalam mengembangkan blue ammonia. Potensi gas alam di Teluk Bintuni sendiri mencapai 90 MMSCFD," ucap Hermansyah.

Baca Juga: ICIUOG 2023 Hasilkan 60 Kesepakatan Bisnis Rp109,03 T

Hermansyah juga menggarisbawahi proyek blue ammonia di Teluk Bintuni jadi bagian pada strategi perseroan menggarap hilirisasi gas. Hal tersebut merupakan upaya mengelola potensi pasokan gas domestik yang besar.

Proyek hilirisasi gas, tuturnya, akan memiliki sejumlah nilai strategis baik dari aspek bisnis maupun sosio-ekonomi. Misalnya, memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional lewat reduksi impor dengan proyeksi penghematan hingga US$500 juta.

"Selanjutnya adalah penyediaan energi alternatif, dimana blue ammonia dapat dimanfaatkan dalam produksi listrik bersih bersistem cofiring," jabar dia.

Sekadar informasi, sistem cofiring pembangkit listrik menggunakan bahan biomassa sebagai alternatif bahan bakar fosil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Tak kalah penting, proyek ini memiliki multiplier effect bagi perekonomian Papua Barat lewat industri petrokimia," ucap Hermansyah.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar