c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

26 Maret 2024

12:44 WIB

PLN Gandeng China Kembangkan Energi Hijau Skala Besar di Sulawesi

Energi hijau berupa pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 GW serta surya dan angin 28 GW bakal menopang ekosistem EBT di Indonesia

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

PLN Gandeng China Kembangkan Energi Hijau Skala Besar di Sulawesi
PLN Gandeng China Kembangkan Energi Hijau Skala Besar di Sulawesi
Ilustrasi. Foto udara kincir angin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/5/2023). Antara Foto/Arnas Padda

JAKARTA - PT PLN (Persero) melalui Subholding PLN Indonesia Power telah menandatangani Perjanjian Studi Pengembangan Bersama atau Joint Development Study Agreement (JDSA) bersama China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC) guna mengembangkan proyek energi hijau secara komprehensif di wilayah Sulawesi.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo meyakini penandatanganan kerja sama itu merupakan momen penting, mengingat dalam waktu dekat Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru bakal diluncurkan pemerintah bersama PLN.

"Di sana (RUKN baru) akan diatur terkait pembangunan pembangkit EBT skala besar dan green transmission line yang menghubungkan antarpulau di tanah air," tuturnya lewat keterangan tertulis, Selasa (26/3).

Baca Juga: PLN NP Hasilkan Lebih Dari 525 GWh Energi Bersih dari Co-Firing

Dia menerangkan RUKN terbaru didesain untuk menjadikan pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 GW dan pembangkit berbasis surya dan angin sebesar 28 GW menjadi penopang ekosistem EBT di Indonesia.

"Pengembangan green transmission line akan berperan krusial untuk menyalurkan listrik hijau antarpulau," tambah Darmawan.

Sebagai pemain kunci dalam agenda transisi energi, Darmawan menegaskan kerja sama dengan CEEC merupakan upaya PLN untuk mengakselerasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) secara masif.

Namun demikian, dia tak menampik mismatch lokasi sumber EBT, khususnya hidro dan geothermal dengan pusat beban kelistrikan masih menjadi tantangan bagi pengembangan sumber EBT di Indonesia.

"Kita perlu menghubungkan Sumatra ke Jawa, Kalimantan ke Jawa, Nusa Tenggara Timur ke Jawa, Kalimantan ke Sulawesi, yang di dalamnya akan ada proyek besar perancangan dan pengembangan green transmission line," tegas Darmawan.

Baca Juga: Genjot Pembangkit Listrik Hidrogen, PLN Gandeng HDF Energy

Sementara itu, Board Chairman of CEEC Group Song Hailiang menegaskan pihaknya mendukung penuh Pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Dia optimis hal itu bisa tercapai karena ada sejarah panjang kerja sama pengembangan EBT antara CEEC dengan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan pelat merah Indonesia yang bertugas di sektor ketenagalistrikan.

"Indonesia merupakan mitra penting Tiongkok dalam bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia," pungkas Song.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar