03 Oktober 2024
18:47 WIB
Platform ISEREC Dongkrak Pengembangan EBT dan Industri Semikonduktor
Platform kolaborasi ISEREC resmi diluncurkan, dan diharapkan bisa mendorong RI jadi pusat produksi semikonduktor sekaligus pengembangan EBT berupa energi tenaga surya.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Ilustrasi Industri Semikonduktor. Shutterstock/Gorodenkoff
JAKARTA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta agar platform kolaborasi Indonesia Solar Energy Research Centre (ISEREC) bisa menjadikan RI sebagai basis pengembangan energi tenaga surya dan produksi semikonduktor.
Pembentukan ISEREC merupakan hasil kolaborasi antara Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Badan Riset Nasional (BRIN), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Indonesia (ITI) dengan Solar Energy Research Institute of Singapore (SERIS).
"ISEREC akan fokus pada tiga bidang yaitu pendidikan, teknologi, dan advisory. Dengan dukungan dari SERIS, diharapkan ISEREC dapat menjadi pusat produksi dan mendukung ekosistem semikonduktor di Indonesia,” ujar Menteri PUPR dalam keterangan resmi, Kamis (3/10).
Baca Juga: Kemenperin Percepat Pembangun Ekosistem Industri Semikonduktor
ISEREC sendiri merupakan platform kolaborasi untuk melakukan inovasi, penelitian dan pengembangan alias R&D. Utamanya, dalam bidang teknologi fotovoltaik (PV), yakni teknologi pengubahan energi sinar matahari menjadi listrik.
Adapun sel fotovoltaik terbuat dari bahan semikonduktor. Itu sebabnya, rencana menggencarkan PV perlu dibarengi dengan industri semikonduktor yang mumpuni pula.
Basuki juga menyampaikan, ISEREC berfungsi sebagai wadah pusat penelitian dan pengembangan energi surya kelas dunia di Indonesia. Menurutnya, pembentukan ISEREC menandai langkah penting dalam kolaborasi global untuk penelitian dan pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya.
Dia menerangkan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca nasional sebesar 29% hingga 31,89% dengan upaya sendiri, lalu pengurangan hingga 42,3% dengan bantuan internasional. Itu merupakan target Indonesia dalam mengurangi emisi yang tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contributions (NDC).
Lebih lanjut, Basuki menyampaikan, pihaknya turut mendukung transisi menuju energi bersih atau energi terbarukan. Dia menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan, yakni membangun bendungan multifungsi.
Secara keseluruhan, ada sebanyak 248 bendungan telah dibangun Kementerian PUPR guna mendukung ketahanan air dan energi di Indonesia.
“Dari jumlah tersebut, 187 bendungan selesai sebelum tahun 2015, dan 61 bendungan dibangun selama periode 2015-2024. Sebanyak 59 bendungan di antaranya memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung dengan total kapasitas mencapai 4.787 Mega Watt,” kata Basuki.
Baca Juga: Industri Panel Surya AS Investasi Rp8 T Bangun Pabrik di KIT Batang
Salah satu PLTS terapung yang telah diresmikan adalah PLTS Terapung Cirata di Bendungan Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada 9 November 2023.
Sumber energi listrik tenaga surya tersebut memiliki kapasitas 192 MWp yang mampu melayani hingga 50.000 rumah tangga dan mengurangi emisi karbon sebesar 214.000 ton per tahun.
Pada kesempatan yang sama, Presiden PII Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan, gagasan pembentukan Indonesia Solar Energy Research Centre (ISEREC) bermula dari inisiasi pada forum Engineering 20 (E20) yang menjadi bagian dalam Engagement Group of G20 di Bali.
“Di bawah platform dan semangat E20 ini pula, telah dimulai sebuah langkah penting menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan dengan peluncuran Indonesia Solar Energy Research Center,” tutur Danis.