c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

27 Oktober 2025

11:30 WIB

Perundingan China-AS dan Data Inflasi AS Perkuat Rupiah, Meski Terbatas

Analis memprediksi rupiah menguat di tengah optimisme perundingan perdagangan China dengan AS, begitu pula didukung laporan inflasi AS terakhir. Hanya saja, ketidakpastian membuat penguatan terbatas.

<p>Perundingan China-AS dan Data Inflasi AS Perkuat Rupiah, Meski Terbatas</p>
<p>Perundingan China-AS dan Data Inflasi AS Perkuat Rupiah, Meski Terbatas</p>
Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). Antara Foto/Dhemas Reviyanto.

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi nilai tukar (kurs) rupiah menguat di tengah optimisme perundingan perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS). Kabarnya, AS telah menyetujui rangka dasar untuk pembahasan atas pertemuan ini.

"Namun seperti sebelum-sebelumnya, hal-hal tersebut, termasuk konfirmasi pertemuan Xi (Presiden China) dan Trump (Presiden AS) hanya disampaikan oleh pihak AS, dan tidak dikonfirmasi oleh China. Sedangkan investor juga was-was, apabila bisa juga terjadi kegagalan mencapai kesepakatan," ucapnya melansir Antara, Jakarta, Senin (27/10).

Baca Juga: Penyebab Rupiah Jeblok, Analis: Suku Bunga BI Ditahan, Asing Jual Obligasi

Mengutip Anadolu, dilaporkan bahwa Donald Trump menyampaikan pertemuan dirinya dengan Xi Jinping pada pekan depan akan sangat baik. Kedua negara disebut akan membicarakan isu perdagangan dan tarif, serta persoalan terkait Taiwan.

Presiden AS menambahkan bahwa tarif sebesar 157% yang saat ini dikenakan terhadap China tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Baik Xi dan Trump dijadwalkan bakal bertemu pada 30 Oktober 2025 di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC/Asia-Pacific Economic Cooperation) di Korea Selatan.

"Namun, penguatan (rupiah) akan terbatas oleh antisipasi pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) dan XI-Trump pekan ini," ungkap Lukman.

Sentimen lain yang berpotensi membuat rupiah menguat berasal dari data inflasi AS yang menunjukkan moderasi, sehingga meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga The Fed.

Tercatat, inflasi September AS naik 0,3%, lebih rendah dari perkiraan di sekitar 0,4%. Secara tahunan, inflasi AS naik menjadi 0,3% (year-on-year/yoy), di bawah perkiraan yang sebesar 4,1%.

Begitu pula inflasi inti hanya naik 0,2%, dibandingkan perkiraan 0,3%. Secara tahunan, inflasi turun ke 3% (yoy) dibandingkan perkiraan bertahan di angka 3,1%.

Baca Juga: BI: DHE SDA Masih Efektif Jaga Stabilitas Rupiah Dan Cadev

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini berkisar Rp16.550-16.650 per dolar AS.

Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin (27/10) di Jakarta, melemah tipis sebesar 0,02% atau 3 poin, dari sebelumnya Rp16.602 menjadi Rp16.605 per dolar AS.

Sementara itu, Bloomberg melaporkan, dolar AS terpantau bergerak menguat terhadap rupiah di pasar spot sebesar 0,14% atau sekitar Rp24 yang dipantau pada pukul 10.46 WIB. Saat ini, rupiah ditransaksikan Rp16.628 per dolar AS, dengan peluang pergerakan harian di kisaran Rp16.597-16.631 per dolar AS.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar