22 Mei 2023
20:30 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Power Indonesia tengah merencanakan ekspor green amonia atau amonia yang berasal dari bahan baku non-karbon ke Jepang karena tingginya permintaan pada 2023 ini.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman menuturkan rencana itu akan dilakukan lewat kerja sama dengan perusahaan asal Negeri Sakura, saat ini masih dalam tahap feasibility study (FS).
"Sekarang ini sedang feasibility study dan mudah-mudahan step-nya itu dari WK Geothermal yang ada di Sulawesi Utara, yaitu Lahendong, Tompaso dan Kotamobagu," ujar Fadli saat ditemui awak media dalam diskusi Green Economic Forum di Jakarta, Senin (22/5).
Dia menjelaskan bahwa kebutuhan investasi untuk merealisasikan proyek ekspansi green amonia mencapai sekitar US$8 miliar-US$10 miliar.
Baca Juga: Mengenal Green Ammonia
Soal potensi pasar, Jepang, dia sebut sangat menjanjikan karena kebutuhan yang besar akan green amonia, khususnya mulai periode 2028-2030 mendatang.
"Market export tadi di Jepang kebutuhan untuk green ammonia sangat tinggi mulai 2028-2030 kenapa tidak kita manfaatkan untuk kerja sama dengan mereka, itu yang kita dorong," paparnya.
Untuk itu, Fadli menegaskan pihaknya akan fokus merampungkan FS dalam kurun setahun ke depan. Dia memperkirakan realisasi rencana ekspor green amonia itu akan terjadi paling cepat pada 2028.
"Potensinya belum kita hitung. Kalaupun FS lancar selama setahun ke depan, mungkin akan mulai 2028-2029," kata dia.
Tak sekadar green amonia, Fadli pun tak menampik ada peluang ekspansi bisnis green hydrogen ke Jepang. Berdasarkan catatannya, kebutuhan green hydrogen di Jepang bisa menyentuh 30 juta ton per tahun.
Namun demikian, dia mengakui kapasitas green hydrogen Pertamina masih di angka sejuta ton per tahunnya atau jauh lebih kecil jika dibandingkan kebutuhan di Jepang.
"Tapi artinya market-nya akan ada jadi kita akan secure market sedari dini," ucap Fadli Rahman.