03 Desember 2024
18:14 WIB
Pertamina Kantongi Laba Rp42 Triliun Hingga Oktober 2024
Direksi Pertamina optimis pendapatan perseroan bisa menyamai capaian 2023, yakni sebesar US$75,79 miliar dengan laba bersih sebesar US$4,4 miliar.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Rapat Dengar Pendapat (RDP) PT Pertamina bersama Komisi VI DPR, Selasa (3/12). ValidNewsID/ Yoseph Krishna
JAKARTA - PT Pertamina berhasil membukukan laba bersih senilai US$2,66 miliar sepanjang tahun 2024 hingga bulan Oktober. Jika dirupiahkan, laba bersih perusahaan pelat merah sektor energi itu telah mencapai kisaran Rp42,40triliun dengan asumsi kurs Rp15.940 per US dolar.
Sepanjang Januari-Oktober 2024, PT Pertamina secara total mampu membukukan pendapatan sekitar US$62,5 miliar atau sekitar Rp996,25 triliun.
"Sampai dengan Oktober 2024 ini, kita membukukan laba bersih US$2,6 miliar dengan revenue US$62,5 miliar. Kami optimis di akhir tahun bisa menyamai revenue tahun lalu," sebut Wakil Direktur Utama PT Pertamina Wiko Migantoro dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (3/12).
Baca Juga: Pertamina Bukukan Laba US$4,44 Miliar Sepanjang 2023
Sebagaimana diketahui, PT Pertamina sepanjang tahun 2023 lalu mampu membukukan pendapatan sebesar US$75,79 miliar dengan laba bersih sebesar US$4,4 miliar.
Revenue Pertamina pada 2023 itu tercatat menurun dibanding capaian tahun sebelumnya di kisaran US$84 miliar. Tetapi di lain sisi, capaian laba bersih berhasil meningkat dari 2022 yang hanya sebesar US$3,81 miliar.
"Revenue menurun ini karena didominasi turunnya harga komoditi dunia, sehingga kita bisa memaksimalkan posisi-posisi di downstream lebih profitable," kata dia.
Meski optimis menyamai revenue tahun 2023, Wiko tak menampik bisnis Pertamina pada tahun ini mengalami tekanan, terutama dari sisi midstream atau industri antara.
Tak hanya di Indonesia, tantangan dan tekanan disebutnya juga dialami oleh banyak kilang-kilang minyak di dunia yang harus struggle dalam menjalankan operasional mereka.
Baca Juga: Pertamina Raih Laba Bersih Rp56 Triliun Pada 2022
Walau tantangan dan tekanan terjadi di industri antara, tetapi Wiko menegaskan perseroan berupaya untuk mengatasinya dari sisi hulu (upstream).
"Di 2024 kita sudah membelanjakan investasi US$4,7 miliar, terbesar diutamakan untuk kegiatan hulu yang menghasilkan produksi minyak," tuturnya.
PT Pertamina juga melancarkan sederet kegiatan cost optimization, seperti cost saving, cost affordance, hingga revenue generator.
"Kemudian, tahun 2024 hari ini kita sudah membukukan cost optimization sebesar US$780 juta, terdiri dari cost saving, cost affordance, dan revenue generator," tandas Wiko Migantoro.