14 November 2024
11:00 WIB
Pertamina Andalkan Panas Bumi Untuk Akselerasi Transisi Energi
PGE membidik pengembangan panas bumi yang dilakukan Pertamina bisa menyentuh kapasitas 1,5 GW pada 2030 mendatang.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PGE Kamojang-Darajat, Jawa Barat. Dok Pertamina Geothermal Energy
JAKARTA - PT Pertamina berkomitmen untuk mengakselerasi agenda transisi energi dengan mengembangkan sumber energi bersih. Salah satu sumber yang bakal menjadi andalan perusahaan pelat merah itu ialah panas bumi.
CEO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Julfi Hadi menilai, peran panas bumi penting dalam mendorong bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tak lepas dari sifat sumber energi tersebut yang mampu menjadi baseload ketenagalistrikan.
Emiten pelat merah berkode saham PGEO itu pun membidik pengembangan panas bumi yang dilakukan Pertamina bisa menyentuh kapasitas 1,5 GW pada 2030 mendatang. Untuk mencapainya, diperlukan beragam strategi hingga investasi yang tidak sedikit.
"Pengembangan ini membutuhkan investasi hingga US$50 juta dengan kalkulasi pertumbuhan kapasitas pembangkit panas bumi hingga 10,5 GW," ujar Julfi dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (13/11).
Baca Juga: Pertamina Geothermal Bukukan Laba Bersih US$163 Juta
Sumber energi yang stabil dan besar itu, sambung Julfi, dapat menjadi kunci dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang menjadi ambisi Presiden Prabowo Subianto.
"Dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang ditopang dari industri hilirisasi dan manufaktur butuh pasokan listrik stabil dan bersih. Maka, panas bumi merupakan jawabannya," tambahnya.
Lebih lanjut, Julfi menerangkan, Pertamina telah membuat model risiko yang lebih rendah pada pengembangan panas bumi dalam rangka menciptakan investasi yang lebih menarik.
Misalnya, dengan penerapan Pompa Submersible Listrik (Electrical Submersible Pumps) yang notabene merupakan teknologi untuk mereduksi risiko pengembangan energi panas bumi.
"Pompa akan menghasilkan peningkatan produksi, bahkan di sumur subkomersial dan juga di pembangkit listrik. Katakanlah dulunya, mengembangkan sektor geothermal butuh 10 tahun, sekarang bisa dikembangkan dalam 5 tahun," tandasnya.
Baca Juga: Pertamina-Chevron Dapat Restu Garap Panas Bumi Di Lampung
Senada, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengakui panas bumi jadi sumber energi bersih yang stabil untuk memasok kebutuhan listrik nasional.
Dia menyebutkan Indonesia punya potensi panas bumi yang sangat besar, yakni sebesar 23 gigawatt/GW. Besarnya potensi itu, Eniya yakini menjadi bukti betapa strategisnya posisi Nusantara dalam agenda transisi energi dunia.
"Potensi di Indonesia sangat besar, dengan posisi strategis yang memiliki potensi panas bumi lebih dari 23 gigawatt, di mana saat ini baru dimanfaatkan sekitar 2,5 gigawatt atau sekitar 11%," tambah Eniya.
Pemanfaatan panas bumi juga digadang-gadang mampu menurunkan emisi hingga 22 juta ton CO2 pada 2030 mendatang. Jadi, pemerintah bakal mendukung seluruh pihak yang ingin mengembangkan panas bumi di Indonesia.
"Presiden kita sudah berulang kali menekankan pentingnya geothermal dan dukungan internasional dibutuhkan agar Indonesia dapat menjadi negara nomor satu dalam pemanfaatan geothermal di dunia. Kami juga telah menyederhanakan regulasi perizinan dan menaikkan return on investment (RoI) hingga 1,5%," jabar Eniya.