c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

24 Juni 2024

14:49 WIB

Pertama Di 2024, Sri Mulyani: APBN Mei 2024 Defisit Rp21,8 T

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, hingga akhir Mei 2024, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) defisit Rp21,8 triliun atau setara 0,10% dari produk domestik bruto (PDB).

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Pertama Di 2024, Sri Mulyani: APBN Mei 2024 Defisit Rp21,8 T</p>
<p>Pertama Di 2024, Sri Mulyani: APBN Mei 2024 Defisit Rp21,8 T</p>

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan APBN terpantau mengalami defisit sebesar Rp21,8 triliun atau setara 0,10% dari PDB hingga akhir Mei 2024, Jakarta, Senin (24/6). Validnews/Khairul Kahfi

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, hingga akhir Mei 2024, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) defisit Rp21,8 triliun atau setara 0,10% dari produk domestik bruto (PDB). 

Capaian fiskal negatif ini terjadi karena belanja negara sebesar Rp1.145,3 triliun, atau lebih tinggi ketimbang perolehan penerimaan negara yang hanya Rp1.123,5 triliun. 

Sebelum Mei 2024, APBN Kita dalam empat bulan pertama terus mencetak surplus kendati terus menyempit besarannya. 

Overall balance (APBN) kita sudah mengalami defisit Rp21,8 triliun atau 0,1% (dari PDB),” katanya dalam Konferensi Pers Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan RAPBN 2025, Jakarta, Senin (24/6).

Sri Mulyani pun menilai, capaian defisit fiskal hingga saat ini masih terhitung terjaga. Pasalnya, capaian ini masih cukup jauh dari desain defisit APBN 2024 yang sudah pemerintah dan DPR setujui di tahun lalu sebesar 2,29% dari PDB. 

“Jadi kalau sekarang masih 0,1% ini kita masih relatif on track, dengan total overall balance tahun ini yang menurut UU APBN 2024 didesain dengan defisit 2,29%,” sebutnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Anggaran Makan Siang Bergizi Gratis 2025 Sentuh Rp71 Triliun

Dia menerangkan, secara umum, capaian kinerja APBN 2024 tidak terlepas dari situasi lingkungan global yang berubah sangat besar. Ada dari sisi harga minyak, yield, exchange rate, sehingga turut memengaruhi kinerja dari perusahaan-perusahaan.

Kemenkeu merinci, sementara ini hingga Mei 2024, pendapatan negara sudah tercapai Rp1.123,5 triliun atau terealisasi sekitar 40,1% dari target APBN 2024 yang dipatok sebesar Rp2.802,3 triliun. Capaian ini terpantau tumbuh -7,1% (yoy) atau lebih rendah ketimbang capaian Mei 2023 yang tumbuh hingga 13% (yoy). 

“Pendapatan negara sampai akhir Mei memang mengalami tekanan yaitu growth-nya negatif 7,1%” ungkapnya.

Adapun, pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan Rp869,5 triliun. Capaian ini sudah terealisasi sekitar 37,6% mengacu target pendapatan perpajakan APBN 2024 yang sebesar Rp2.309,9 triliun.

Penerimaan pajak itu terpantau kontraksi 8,4% (yoy), atau anjlok signifikan ketimbang Mei 2023 yang tumbuh hingga 17,7% (yoy). 

“Terutama, perusahaan-perusahaan dengan harga komoditas atau perusahaan mining di Indonesia atau CPO, mereka mengalami koreksi dari sisi kinerja perusahaannya untuk tahun 2023 yang dilaporkan pada bulan April lalu,” jelasnya.

Kemudian, pendapatan kepabeanan dan cukai ikut mengalami kontraksi 7,8% (yoy) menjadi sebesar Rp109,1 triliun atau tercapai 34% dari target Rp321 triliun.

Sementara, penerimaan negara via PNBP sudah mencapai Rp251,4 triliun atau tumbuh minus 3,3%. Capaian PNBP sementara ini sudah terealisasi hingga 51,1% mengacu target PNBP pada APBN 2024 yang sebesar Rp492 triliun.

“PNBP kita juga mengalami penurunan, lagi-lagi karena sumber daya alam yang merupakan penerimaan cukup besar dari PNBP (alami penurunan harga),” urainya.

Baca Juga: Sri Mulyani Jamin Pengelolaan Defisit APBN 2025 Terukur

Datanya juga menunjukkan, belanja negara sampai akhir Mei sudah tercapai Rp1.145,3 triliun atau terealisasi sekitar 34,4% dari target pagu belanja APBN 2024 yang dipatok sebesar Rp3.325,1 triliun. Sebagai perbandingan, capaian ini tumbuh 14% (yoy) atau lebih tinggi ketimbang Mei 2023 yang sebesar Rp1.004,9 triliun.

Adapun, belanja negara tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp824,3 triliun yang tumbuh 15,4% (yoy). Capaian ini sudah terealisasi sekitar 33,4% dari target belanja pemerintah pusat di APBN 2024 yang sebesar Rp2.467,5 triliun.

Jika didalami, belanja tersebut terdiri dari belanja K/L sebesar Rp388,7 triliun atau setara 35,6% dari pagu tahun ini sebesar Rp1.090,8 triliun. Sedangkan, belanja non-K/L sebesar Rp435,6 triliun atau setara 31,6% dari pagu selama 2024 sebesar Rp1.376,7 triliun.

Di sisi lain, belanja negara via Transfer Ke Daerah (TKD) sudah mencapai Rp321 triliun atau tumbuh 10,5 (yoy). Capaian ini sudah terealisasi hingga 37,4% jika mengacu target TKD di APBN 2024 sebesar Rp857,6 triliun.

“Ini situasi (menantang) yang sedang berjalan di 2024, oleh karena itu kami terus melakukan langkah-langkah bersama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dari sisi transfer, agar kita tetap menjaga prioritas pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, namun tidak membuat APBN menjadi sumber vulnerabilitas,” jelasnya.

Dengan semua capaian ini, posisi keseimbangan primer APBN sampai Mei 2024 tercatat surplus sebesar Rp184,2 triliun. Menkeu Sri menilai, capaian surplus keseimbangan primer masih dalam posisi yang baik.

“Langkah-langkah penyesuaian terus kita lakukan, dalam hal ini bulan ini primary balance kita masih surplus Rp184,2 triliun, ini masih sangat tinggi,” terangnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar