15 Januari 2024
20:30 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, penurunan permintaan jadi alasan utama kinerja ekspor nikel Indonesia pada Desember 2023 jeblok. Penurunan kinerja terjadi dari sisi nilai maupun volume ekspor nikel.
BPS mencatat, nilai ekspor nikel Desember 2023 sebesar US$521,8 juta atau mengalami penurunan sebesar 4,09% (mtm). Sementara, volume ekspor nikel Indonesia selama bulan sama mencapai 126,0 juta ton, yang juga mengalami penurunan 14.06% (mtm).
“Penurunan volume (ekspor nikel) ini lebih dalam kalau dibandingkan dengan penurunan nilainya. Jadi ada indikasi penurunan ini disebabkan karena memang penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam laporan BRS Ekspor-Impor Desember 2023, Jakarta, Senin (15/1).
Meski begitu, Pudji menerangkan, butuh kajian lebih lanjut untuk bisa mendapatkan penjelasan atas data secara detail. Paparannya juga menunjukkan, harga komoditas nikel di tingkat dunia melemah drastis sebesar 43,13% (yoy), dari US$28.900/metrik ton menjajdi US$16.500/metrik ton.
Mengutip Trading Economics, saat ini harga nikel berjangka turun di bawah US$16.500 per ton, atau mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Kuatnya pasokan dari produsen nikel terkemuka dunia, seperti Indonesia, Filipina, dan Tiongkok terus ‘membebani’ harga komoditas tersebut.
Menurut perkiraan terbaru dari International Nickel Study Group, pasokan logam tersebut melampaui permintaan sebesar 223.000 metrik ton pada 2023. Lebih lanjut, kesenjangan antara pasokan dan permintaan tersebut diperkirakan akan melebar menjadi 239.000 metrik ton pada 2024.
Baca Juga: APNI Targetkan Indonesia Nickel Price Index Rampung Akhir 2023
Kesenjangan permintaan itu disebabkan oleh melemahnya penggunaan nikel akibat perlambatan ekonomi global, khususnya pemulihan yang rapuh di Tiongkok.
Sementara itu, kinerja ekspor komoditas unggulan seperti batu bara serta besi dan baja masih mengalami peningkatan secara bulanan, meski minyak kelapa sawit alami penurunan.
Pertama, nilai ekspor batu bara Indonesia ke dunia naik hingga 9,60% (mtm) atau setara US$262,77 juta, dari US$2,74 miliar jadi US$3 miliar. Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan volume ekspornya sebesar 6,26%.
Kedua, ekspor besi dan baja naik berdasarkan volume ekspornya sebesar 13,14%. Meski secara bulanan, nilai ekspornya hanya naik tipis 0,10% (mtm) atau relatif sama di kisaran US$2,28 miliar.
“Sementara, komoditas minyak kelapa sawit nilai ekspornya turun 28,73% (mtm), yang didorong oleh penurunan volume ekspor dan sejalan dengan penurunan harga CPO di pasar internasional,” terangnya.
BPS mencatat, nilai ekspor batu bara, besi dan baja, serta minyak kelapa sawit memberikan sumbangan sekitar 30,06% dari total ekspor non-migas Indonesia pada Desember 2023.
Kinerja Ekspor Desember 2023
Secara umum, nilai ekspor Indonesia Desember 2023 mencapai US$22,41 miliar atau naik 1,89% dibanding ekspor November 2023. Dibanding Desember 2022 nilai ekspor turun sebesar 5,76%.
Ekspor nonmigas Desember 2023 mencapai US$20,93 miliar, naik 1,06% dibanding November 2023, dan turun 6,23% jika dibanding ekspor nonmigas Desember 2022.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Desember 2023 terhadap November 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar US$354,3 juta (10,07%). Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$583,7 juta (22,52%).
Baca Juga: Buah Tangan Dari Jokowi, Nikel RI Akhirnya Bisa Masuk AS
Ekspor nonmigas Desember 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,77 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,07 miliar dan India US$1,83 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 46,16%.
“Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara), masing-masing sebesar US$3,37 miliar dan US$1,30 miliar,” ungkapnya.
Secara kumulatif, Pudji menyebut, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2023 mencapai US$258,82 miliar atau turun 11,33% dibanding periode yang sama di 2022. Sementara ekspor Nonmigas mencapai US$242,90 miliar atau turun 11,96%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Desember 2023 turun 9,26% (ctc). Demikian juga pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang turun 10,04% (ctc); serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 20,68% (ctc).
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar sepanjang 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$36,63 miliar (14,15%), diikuti Kalimantan Timur US$27,94 miliar (10,79%) dan Jawa Timur US$22,43 miliar (8,66%).