06 Mei 2025
12:16 WIB
Penguatan Ekspor Garmen Dan Sepatu Ke AS Bisa Serap 200 Ribu Tenaga Kerja
Kadin optimistis, nilai perdagangan bilateral Indonesia-AS yang dapat meningkat dua kali lipat melalui peningkatan ekspor garmen dan sepatu ini.
Editor: Rikando Somba
Seorang pekerja membuat sepatu di salah satu pabrik sepatu Nike di Bitung, Banten, Kamis. Antara Foto /Jefri Aries
JAKARTA-Penguatan ekspor garmen dan sepatu ke Amerika Serikat (AS) diyakini bisa menyerap 200 ribu tenaga kerja baru. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie, Selasa (6/5) mengatakan, Kadin optmistis capaian ketenagakerjaan itu bisa didapat selaras dengan nilai perdagangan bilateral Indonesia-AS yang dapat meningkat dua kali lipat melalui peningkatan ekspor garmen dan sepatu ini.
"Kami melihat trade antara Amerika Serikat dan Indonesia bisa naik dua kali lipat, dari sekitar US$40 miliar menjadi US$80 miliar. Dan yang paling penting karena kita akan mengekspor garmen dan sepatu, ini bisa membawa sampai 200 ribu tenaga kerja baru," kata Anin.
“Tujuan utama kami bukan hanya membuka pasar, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan membantu pelaku usaha, termasuk UMKM," imbuhnya.
Dalam kunjungan Kadin Indonesia ke kantor pusat jenama sepatu global Nike di AS, Anindya mengungkapkan saat ini Nike mengekspor sekitar 200 juta pasang sepatu per tahun dari Indonesia.
Menurut Anindya, mereka mengaku puas terhadap iklim usaha di tanah air. Selain Nike, Kadin juga berdialog dengan perusahaan pemilik merek seperti The North Face, Timberland, dan Vans.
"Mereka memiliki jalur komunikasi langsung ke pemerintah dan parlemen AS, yang bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan agar barang dari Indonesia tidak terkena tarif tinggi. Inilah salah satu misi dari kunjungan kami," ujar Anindya dikutip dari Antara.
Baca juga: Gara-gara Trump, Sri Mulyani: Harga Barbie-Hot Wheels Bisa Meroket\
Sementara, Kadin Indonesia sebelumnya juga melakukan pertemuan dengan Chief Negotiator for Southeast Asia dari United States Trade Representative (USTR) Sarah Ellerman untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama Dairy National Council, Export Council, serta US Chamber of Commerce dan US ASEAN Business Council.
Hal ini dilakukan bertujuan memperluas jejaring kemitraan sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. Anindya juga menyatakan bahwa Kadin siap mendukung pemerintah dalam satuan tugas deregulasi, perdagangan, investasi, serta penciptaan lapangan kerja.

Bisa Bersaing
Ekonom pada kesempatan berbeda menilai, produk tekstil dan alas kaki buatan Indonesia masih mampu bersaing di pasar AS, meski negara tersebut berencana menerapkan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32%.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, produk buatan RI bisa lebih unggul jika memiliki margin lebih besar ketimbang produk yang dihasilkan oleh industri AS sendiri.
"Kalau tarif resiprokal berlaku, bisa jadi kita punya pangsa pasar berkurang, tapi itu tergantung pada sejauh mana perbedaan margin (selisih) harga, antara produk yang dihasilkan Amerika dengan Indonesia," ujarnya kepada Validnews di Jakarta, Senin (7/4).
Baca juga: Kena Tarif 32%, Indonesia Akan Tingkatkan Impor Dari AS
Faisal menyebutkan, ada dua faktor yang berpotensi membuat produk RI bakal unggul di pasar domestik AS, mencakup upah buruh dan ongkos produksi di AS yang cenderung mahal. Sederhananya, upah buruh yang tinggi akan mengerek biaya produksi. Akibatnya, harga produk besutan industri AS menjadi lebih mahal ketimbang barang-barang yang diimpor oleh AS sendiri.
"Sejauh ini, sebetulnya untuk produk-produk padat karya itu kan, upah buruh di sana (Amerika) kan tinggi, jadi ongkos produksinya tinggi. Artinya, produk yang dihasilkan secara harga juga jauh lebih tinggi," katanya.
Ekonom CORE menyebut, dua aspek tersebut, upah dan ongkos produksi AS yang mahal, akan menimbulkan perbedaan margin harga produk yang cukup signifikan. Diyakini, harga berbagai produk dari negara lain yang selama ini masuk ke pasar AS bisa lebih murah. Contohnya, produk buatan Indonesia, China, Vietnam, hingga Bangladesh.