11 Agustus 2025
09:09 WIB
Pengeluaran Rumah Tangga Meningkat, Indeks Menabung Konsumen Merosot
Adanya kenaikan pengeluaran rumah tangga, termasuk kebutuhan biaya pendidikan pada masa awal tahun ajaran baru, menjadi satu alasan intensitas dan niat menabung masyarakat merosot.
Penulis: Siti Nur Arifa
Ilustrasi buku tabungan dengan uang tunai. Shutterstock/ktasimar
JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Survei Konsumen dan Perekonomian (SKP) mencatat Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Juli 2025 berada di level 82,2, melemah terbatas sebesar 1,6 poin dari posisi bulan sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan pelemahan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin pada periode yang sama ke level 90,5, meski dan Indeks Intensitas Menabung (IIM) tercatat naik sebesar 1,4 poin ke level 73,8.
“Terkait dengan komponen IIM, porsi responden yang menyatakan tidak pernah menabung menurun dari 26,7% pada Juni 2025 menjadi 24,9% di bulan Juli 2025,” ujar Direktur Group Riset LPS Seto Wardono dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (11/8).
Baca Juga: LPS: Tabungan Orang Kaya Di Atas Rp2 M Naik 8,46%
Indeks Menabung Konsumen (IMK) menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen. Level IMK di atas 100 menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen yang tinggi. IMK terdiri dari dua komponen penyusun yaitu Indeks Intensitas Menabung (IIM) dan Indeks Waktu Menabung (IWM). IIM menunjukkan penilaian konsumen tentang intensitas dan kemampuan menabung, sedangkan IWM menggambarkan penilaian konsumen terhadap waktu yang tepat untuk menabung atau niat untuk menabung.
Lebih lanjut, LPS mencatat, terjadi penurunan pada persentase responden yang menyatakan nilai yang ditabung lebih kecil dari yang direncanakan, yaitu dari 52,5% responden pada Juni 2025 menjadi 50% responden pada bulan Juli 2025.
Mengenai komponen IWM, persentase responden yang menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menabung tercatat sedikit menurun menjadi 26,4% pada Juli 2025, dari 28,9% pada Juni 2025.
Pada saat bersamaan, persentase responden yang menyatakan bahwa tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung pun tercatat menurun, yaitu menjadi 38,6% dari 42,6% pada periode yang sama.
"Perkembangan ini mencerminkan intensitas dan niat menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada awal tahun ajaran baru, di tengah pemberian stimulus ekonomi dalam jangka pendek," tambah Seto.
Lebih rinci, pergerakan IMK pada sebagian kelompok pendapatan rumah tangga (RT) tercatat menguat di bulan Juli 2025. Peningkatan terbesar IMK terlihat pada kelompok RT berpendapatan hingga Rp1,5 juta/bulan (naik 9,1 poin MoM) dan RT berpendapatan di atas Rp1,5 juta-Rp3 juta/bulan (naik 3,1 poin).
Lebih jauh, IMK kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp7 juta/bulan masih konsisten berada di atas level 100 meski terkontraksi 8,8 poin. Khusus kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp3 juta-Rp7 juta, IMK tercatat melemah 3,2 poin.
Daya Beli Menengah ke Bawah Membaik
Hasil SKP LPS terkini juga menunjukkan sedikit pelemahan pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada bulan Juli 2025. IKK Juli 2025 tercatat sebesar 96,9, turun 2,5 poin (MoM) dari bulan Juni yang sebesar 99,4 poin.
Perkembangan ini menunjukkan persepsi konsumen yang menurun, terutama penilaian terhadap kondisi ekonomi lokal dan lapangan kerja saat ini.
“Meskipun demikian, persepsi positif konsumen terhadap prospek ekonomi dan pendapatannya pada masa mendatang tetap terjaga,” ujar Seto.
Sebagai catatan, IKK menunjukkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi, lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga. Level IKK di atas 100 menunjukkan konsumen lebih optimis terhadap kondisi ekonomi secara umum, ekonomi wilayah, kondisi lapangan kerja saat ini, dan prospeknya dalam enam bulan mendatang.
Dua komponen IKK, yaitu Indeks Ekspektasi (IE) dan Indeks Situasi Saat Ini (ISSI), tercatat menurun masing-masing sebesar 3,3 poin dan 1,9 poin. Meski terjadi kontraksi, Seto menegaskan IE masih berada di atas nilai 100 yang menunjukkan bahwa optimisme terhadap prospek ekonomi ke depan masih solid.
Baca Juga: Dianggap Generasi Boros, Studi Ungkap Anak Muda Masih Suka Menabung
Selain karena antara lain kenaikan harga sembako dan serapan lapangan kerja yang melandai, penurunan IKK juga dipengaruhi faktor lain seperti harga pupuk yang relatif masih tinggi.
Memasuki akhir musim panen, anomali iklim yang melanda sejumlah wilayah, berpengaruh pada hasil produksi panen, khususnya tanaman pangan.
Untuk petani padi, kondisi saat ini bisa membantu karena pasokan air irigasi tetap tersedia. Tetapi untuk tanaman hortikultura, kelembaban yang tinggi bisa menjadi masalah, oleh sebab tanaman hortikultura sangat sensitif terhadap kelembaban berlebih.
Di sisi lain, adanya penyaluran bantuan sosial (bansos) mampu menopang daya beli rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah. Selain itu, adanya perbaikan infrastruktur umum serta pemberian stimulus ekonomi menyambut periode libur sekolah turut berkontribusi untuk menahan IKK agar tidak turun lebih dalam.
Ditinjau berdasarkan pendapatan rumah tangga (RT), IKK sebagian kelompok RT mengalami pelemahan pada Juli 2025. Penurunan terbesar terjadi pada IKK kelompok RT berpendapatan di atas Rp1,5 juta-Rp3 juta per bulan yaitu terkoreksi 4,2 poin (MoM), diikuti kelompok RT berpendapatan di atas Rp3 juta-Rp7 juta per bulan terkoreksi 1,7 poin.
Sementara itu, kelompok RT berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan justru mencatatkan penguatan paling tinggi sebesar 2,3 poin. Khusus kelompok RT berpendapatan di atas Rp7 juta per bulan, IKK-nya tercatat konsisten bertahan di atas level 100 dengan sedikit penguatan sebesar 0,1 poin.