22 September 2025
12:58 WIB
Pengamat: Menkeu Purbaya Pemicu Utama Pelemahan Rupiah
Analis menduga rupiah melemah terpicu pernyataan Menkeu baru Purbaya Yudhi Sadewa. Menkeu diminta fokus bekerja, bukan memberikan statement yang membingungkan pasar.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa. Biro KLI/Zalfa Dhiaulhaq
JAKARTA - Mata uang rupiah pada perdagangan Senin (22/9) siang, telah mencapai Rp16.600 per dolar AS. Rupiah terpantau melemah sebesar 12 poin atau 0,07% menjadi ke level Rp16.613 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi mengamini rupiah yang terus mengalami pelemahan. Bahkan, menurutnya, rupiah sudah melemah selama tiga hari dengan pelemahan cukup signifikan.
Ibrahim menduga pelemahan rupiah utamanya dipicu sentimen pernyataan politis Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Lantaran, tidak menghargai Menteri Keuangan sebelumnya, Sri Mulyani.
Baca Juga: Rata-rata Cukai Rokok 57%, Menkeu: Pengambilan Kebijakan Aneh
"Testimoni-testimoni yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Perubaya tidak mencerminkan sebagai seorang Menteri Keuangan, semua berbau politis. Memudahkan, menggampangkan hal-hal yang sudah dilakukan oleh Menteri Keuangan sebelumnya, yaitu Sri Mulyani," ungkapnya menjawab pertanyaan Validnews, Jakarta, Senin (22/9).
Baca Juga: Analis: Kebijakan Pemerintah Jadi Pemicu Pelemahan Rupiah
Ibrahim mengingatkan Menkeu Purbaya untuk fokus bekerja, bukan memberikan statement yang membingungkan pasar. Sehingga, banyak pihak berspekulasi Menkeu Purbaya terlalu banyak memberikan bumbu politik, dibandingkan bumbu ekonomi.
"Nah, ini yang sebenarnya membuat arus modal asing kembali lagi mengalami penarikan besar-besaran ke luar negeri," imbuhnya.
Sentimen MBG
Di sisi lain, sentimen negatif juga hadir dari program utama pemerintah, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), yang santer diberitakan banyak siswa keracunan makanan.
Baca Juga: CISDI Desak Presiden Hentikan Program MBG
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan akan adanya perubahan skema MBG ke depan. Yakni, bukan lagi memberikan makan langsung kepada siswa, namun dialihkan dengan pemberian uang untuk membeli makan mandiri.
Baca juga: CIPS Minta Program MBG Dihentikan Dan Dievaluasi
"Jadi, setiap siswa akan diberikan uang untuk makan dibandingkan dengan yang sebelumnya adalah menggunakan ransum. Nah, ini yang cukup menarik," terang dia.
Faktor Eksternal
Selanjutnya, Ibrahim menuturkan, faktor eksternal juga turut andil melemahkan rupiah. Seperti di antaranya, konflik geopolitik antara beberapa negara yang masih memanas, seperti di Eropa, yakni antara Rusia dan Ukraina.
"Keterlibatan Amerika dan NATO dalam perang Rusia-Ukraina membuat peperangan di Eropa ini semakin menjadi-jadi. Sehingga, harapan perdamaian itu sangat berat sekali," tutur dia.
Di sisi lain, Putin juga menyatakan bahwa generasi berikutnya dari kepemimpinan politik Rusia harus berasal dari kalangan veteran perang Ukraina.
"Nah, sehingga benar-benar penerusnya itu nanti mengikuti apa yang diinginkan oleh Putin. Sehingga, perang terbuka kemungkinan antara Rusia dan NATO akan terjadi," imbuhnya.
Baca Juga: Trump Pecat Pejabat The Fed, Nilai Tukar Rupiah Terimbas Melemah
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah meminta Mahkamah Agung AS untuk mengizinkannya memecat Gubernur Federal Reserve Lisa Cook. Ia mengajukan banding di pengadilan atas kasus ini.
Hal ini merupakan pertama kalinya seorang presiden mengambil tindakan tersebut sejak bank sentral AS didirikan pada tahun 1913 dalam langkah terbaru dalam pertempuran hukum yang mengancam independensi Fed yang telah berlangsung lama.
"Nah, ini yang membuat rupiah kembali lagi mengalami pelemahan. Jadi, jangan heran apa yang diperkirakan oleh Sri Mulyani di APBN 2025 bahwa rupiah ini di Rp16.900 per dolar AS kemungkinan besar akan terjadi," pungkasnya.