16 Februari 2023
12:46 WIB
JAKARTA – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyatakan tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global. Sebab, saat ini negara-negara mitra dagang Indonesia mulai mengalami penurunan di sektor manufaktur.
"Pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global, sebagaimana tercermin dari masih terkontraksinya PMI Manufaktur negara mitra dagang," kata Kepala BKF Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi, Kamis (16/2).
Mengawali 2023, ekspor Indonesia Januari mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik, meningkat sebesar 16,37% secara tahunan (year on year/yoy) atau mencapai US$22,31 miliar.
Baca Juga: BPS: Sudah 33 Bulan Indonesia Surplus Neraca Perdagangan
Pertumbuhan tersebut didukung peningkatan ekspor baik komoditas migas maupun non-migas, yang masih masing-masing meningkat sebesar 65,03% yoy dan 13,97% yoy. Beberapa komoditas utama yang mendukung positifnya kinerja ekspor di antaranya logam mulia dan perhiasan/permata serta karet dan barang dari karet.
Ekspor ke negara mitra dagang utama juga tetap mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Ekspor produk nonmigas ke China yang mencapai 25,2% dari total ekspor non-migas tumbuh sebesar 49,4% yoy.
Diikuti dengan ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN (18,9% dari total ekspor nonmigas) dan India (6,5% dari total ekspor non-migas) yang masing-masing tumbuh 17,5%, dan 30,5% secara tahunan.
“Walaupun PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini,” ujar Febrio.
Baca Juga: BPS: Segera Antisipasi Potensi Penurunan Dagang Komoditas Unggulan
Sementara itu, impor Januari 2023 tercatat sebesar US$18,44 miliar atau tumbuh 1,27% yoy. Dilihat dari penggunaannya, baik impor barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong masih tumbuh positif, masing-masing sebesar 1,09% yoy, 5,66% yoy dan 0,41% yoy.
“Pertumbuhan semua jenis impor yang konsisten positif di semua jenis menunjukkan bahwa aktivitas produksi di dalam negeri masih terus ekspansif yang sejalan dengan indikator PMI yang meningkat di bulan Januari,” lanjut Febrio.
Sementara dilihat dari jenis komoditasnya, impor didominasi oleh komoditas utama, termasuk mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Surplus Perkuat Resiliensi Perekonomian
Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan Januari 2023 mencatatkan surplus sebesar US$3,87 miliar.
Kinerja ekspor-impor Januari melanjutkan surplus neraca perdagangan hingga 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, Filipina, dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, produk sawit, serta mesin.
"Surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan global ke depan. Angka ekspor dan impor masih cukup tinggi, bahkan paling tinggi jika dibandingkan angka pada bulan Januari tahun-tahun sebelumnya,” kata Febrio.
Ke depan, pemerintah akan terus mengupayakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor, termasuk melalui dorongan hilirisasi sumber daya alam, serta mendorong diversifikasi negara tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara potensial.