c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

15 Februari 2023

12:39 WIB

BPS: Sudah 33 Bulan Indonesia Surplus Neraca Perdagangan

BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mengalami surplus sebesar US$3,87 miliar.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BPS: Sudah 33 Bulan Indonesia Surplus Neraca Perdagangan
BPS: Sudah 33 Bulan Indonesia Surplus Neraca Perdagangan
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (16/1/2023). Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi, Indonesia masih menjaga kinerja positif perdagangan internasional pada awal 2023. Nusantara telah membukukan surplus dagang selama 33 bulan terakhir.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mengalami surplus sebesar US$3,87 miliar. Capaian ini, terutama berasal dari surplus sektor nonmigas US$5,29 miliar, yang tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,42 miliar.

“Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Januari 2023 membukukan surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” jelasnya dalam rilis resmi kinerja ekspor-impor Januari 2023, Jakarta, Rabu (15/2).

Adapun, komoditas yang mendukung surplus nonmigas tersebut terdiri dari Bahan Bakar Mineral (HS 27), Lemak dan Minvak Hewan/Nabati (HS 15), serta Besi dan Baja (HS 72). Sedangkan, komoditas penyumbang defisit migas yakni komoditas Minyak Mentah dan Hasil Minyak.

Baca Juga: Mendag: Neraca Perdagangan 2022 Cetak Rekor Tertinggi

Dibandingkan tiga tahun terakhir, surplus pada Januari 2023 ini terhitung lebih besar dari perolahan surplus dagang Januari 2021 (US$1,97 miliar) dan Januari 2022 (US$0,96 miliar).

“Surplus (dagang) sebesar US$3,8 miliar pada Januari 2023, terjadi di tengah penurunan impor yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor,” urainya.

BPS mencatat, total ekspor Indonesia selama Januari 2023 berhasil mencapai US$22,31 miliar. Capaian ekspor cenderung lebih besar dari total kinerja impor pada periode sama yang menyentuh US$18,44 miliar.

Habibbullah juga menyampaikan, negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat (US$1,17 miliar). Surplus tersebut berasal dari Mesin dan Perlengkapan Elektrik Serta Bagiannya (HS 85) senilai US$291,2 juta; Pakaian dan Aksesorinya, Bukan Rajutan (HS 62) senilai US$182,4 juta; serta Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS 15) senilai US$175 juta.

Disusul oleh Filipina dengan sumbangan surplus sebesar US$909,2 juta. Surplus tersebut berasal dari BBM (HS 27) sebesar US$392,4 juta; Kendaraan dan Bagiannya (HS 87) US$235,1 juta; serta Besi dan Baja (HS 72) US$47,3 juta.

Selanjutnya, India juga terhitung menyumbang surplus bagi Indonesia sebanyak US$810,5 juta. Surplus ini diperoleh lewat komoditas BBM (HS 27) US$439,1 juta; Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS 15) US$436 juta; serta Besi dan Baja (HS 72) US$109,9 juta.

Baca Juga: BPS: Gangguan Ekspor Jadi Tantangan Lanjutan Pertumbuhan Ekonomi 2023

BPS juga menyampaikan, negara dengan penyumbang defisit dagang terbesar pada Januari 2023 adalah Thailand sebesar US$398,8 juta. Defisit ini berasal dari Produk Gula dan Kembang Gula (HS 17) US$201 juta; Plastik dan Barang dari Plastik (HS 39) US$65 juta; serta Mesin dan Peralatan Mekanis dan Bagiannya (HS 84) US$61,4 juta.

Disusul oleh Australia, yang menyumbang defisit dagang kepada Indonesia sebesar US$353,1 juta. Yang berasal dari produk Serealia (HS 10) US$154,1 juta; BBM (HS 27) US$123,2 juta; serta Logam Mulia dan Perhiasan/Permata (HS 71) US$78,7 juta.

Argentina juga menjadi salah satu dari tiga negara terbesar yang menyumbang defisit dagang sebesar US$247,1 juta. Dengan komoditas penyumbang defisit yakni Ampas dan Sisa Industri Makanan (HS 23) US$227 juta; Serealia (HS 10) US$23,5 juta; dan Produk Susu, Mentega, dan Telur (HS 04) US$3,8 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar