01 Juli 2025
18:28 WIB
Pemerintah RI Ramal Harga Minyak Di Kisaran US$66-94/Barel
Kemenkeu memproyeksikan harga minyak akan berada di kisaran US$66 per barel hingga US$94 per barel pada semester II/2025. Apa alasannya?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Ilustrasi harga minyak dunia. Dok Envato
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis harga emas hitam alias minyak tidak akan menyentuh US$100 per barel pada sisa tahun ini, meski di tengah eskalasi konflik Timur Tengah.
Kemenkeu memproyeksikan harga minyak akan berada di kisaran US$66 per barel hingga US$94 per barel pada semester II/2025.
"Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar antara US$66 hingga US$94 per barel di semester kedua," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja (Raker) dengan Banggar DPR RI di Jakarta, Selasa (1/7).
Baca Juga: Pemerintah RI Ramal Harga Minyak Dunia Sulit Tembus US$100/Barel
Menkeu mengakui outlook harga minyak ke depan agak sulit. Pasalnya, beberapa waktu belakangan harga minyak sempat melonjak karena adanya pengeboman di Iran.
Untungnya, harga minyak secara perlahan kembali melemah, sehingga ada rasa optimis bahwa harga minyak tidak akan melambung terlalu tinggi.
Bendahara Negara ini juga berharap situasi di Timur Tengah tetap terjaga.
Sementara itu, Sri Mulyani menyebut, outlook harga minyak dari berbagai lembaga cukup variatif. Lembaga Energi Dunia misalnya, memperkirakan harga minyak dapat mencapai US$66 per barel.
Kemudian, Bloomberg memproyeksikan harga minyak lebih tinggi di kisaran US$69 per barel. Sedangkan, World Bank atau Bank Dunia justru lebih rendah di US$64 per barel.
"Jadi ini masih dalam rentang," ujar Menkeu Sri Mulyani menenangkan.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Tipis Di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel
Di sisi lain, Sri Mulyani menyebut, outlook asumsi dari lifting minyak sebesar 593 ribu-597 ribu barep per hari (bph), sedangkan lifting gas sebesar US$976-980 per barel setara minyak per hari (bsmph).
"Untuk lifting (minyak) tadi selain yang kami sampaikan di Paripurna DPR mengenai tambahan dari Banyu Urip, ini adalah antara 593 ribu-597 ribu barel per hari. Sedangkan gas masih di bawah 1 juta, yaitu US$976-980 per bsmph di semester kedua," tutur Sri Mulyani.