c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

24 November 2023

20:01 WIB

Pemerintah Makin Pede Defisit APBN 2023 Di Bawah 2,3%

Pemerintah menilai terdapat peluang defisit APBN 2023 lebih rendah dibandingkan dengan 2,3%.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Pemerintah Makin Pede Defisit APBN 2023 Di Bawah 2,3%
Pemerintah Makin Pede Defisit APBN 2023 Di Bawah 2,3%
Dokumentasi. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu. (ANTARA/Dewa Wiguna)

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyampaikan, pemerintah percaya diri defisit APBN 2023 bisa lebih rendah dari proyeksi defisit pada Laporan Semester (Lapsem) yang sebesar 2,3%. Optimisme ini tidak luntur meski dinamika perekonomian global masih cukup tinggi.

Dirinya pun menilai, proyeksi ini menjadi modal yang baik bagi APBN untuk tetap bisa berfungsi sebagai shock absorber perekonomian. Begitu juga dalam menopang pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat. 

“Berkali-kali juga Bu Menteri sudah menyampaikan bahwa peluang defisit untuk kita lebih rendah dibandingkan dengan 2,3% itu memang terlihat semakin nyata,” katanya menjawab pertanyaan wartawan dalam APBN KITA Edisi November 2023, Jakarta, Jumat (24/11). 

Baca Juga: Mulai Defisit, Menkeu: Kinerja APBN Oktober Tombok Rp700 M

Febrio mengakui, dinamika global yang bergerak dinamis masih memberikan tekanan terhadap ekonomi domestik. Dinamika tersebut berbentuk gejolak geopolitik, pelemahan ekonomi Tiongkok, AS, dan Eropa, hingga sejumlah tensi lainnya.

“Dengan demikian, memang ketidakpastian ini juga tecermin baik di harga komoditas maupun tingkat suku bunga kebijakan yang sangat memengaruhi kondisi makro global. Tentunya, domestik juga sedikit banyak juga dipengaruhi gejolak tersebut,” ujarnya.

Kondisi ini, lanjutnya, berpengaruh pada sisi penerimaan APBN. Namun, pemerintah telah merancang APBN yang bersifat forward looking. Karenanya, dirinya bersyukur, realisasi penerimaan negara sejauh ini masih relatif baik. 

“Sehingga di outlook-nya (penerimaan) di Lapsem (APBN) kemarin juga kita lakukan penyesuaian-penyesuaian yang lebih mencerminkan kondisi terkini,” sebutnya.

Di samping itu, optimisme juga ditujukan dari sisi belanja negara juga tetap kuat menopang pemulihan-pertumbuhan ekonomi dan mendukung konsumsi masyarakat secara natural. Begitu juga dalam upaya pemerintah untuk menjaga masyarakat via bantuan sosial.

“Pemerintah melihat kebutuhan untuk adanya penebalan bansos dalam konteks El Nino dan (tekanan) harga komoditas. Ini kemudian dinamika yang kemudian tecermin di dalam APBN (saat ini),” terangnya.

Dalam paparan, Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan, ekonomi Indonesia di kuartal III/2023 relatif kuat dan stabil yang ditunjukkan pertumbuhan PDB 4,94% (yoy). Meski melambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17% (yoy). 

“Kinerja ekonomi tersebut dipengaruhi oleh pelemahan permintaan global yang menurunkan kinerja ekspor nasional,” urai Sri. 

Baca Juga: Surplus Rp90,8 Triliun, Sri Mulyani: APBN 2023 Dibuka Dengan Baik

Di sisi lain, permintaan domestik masih cukup kuat yang ditunjukkan dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat dan investasi, masing-masing tumbuh 5,06% (yoy) dan 5,77% (yoy). Secara kumulatif, ekonomi Indonesia hingga kuartal III/2023 tumbuh 5,05% (c-to-c). 

Kemudian, perkembangan leading indicators yakni PMI Manufaktur dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Oktober 2023 tetap kuat. Purchasing Managers’ Index Manufaktur tercatat 51,5 poin, tetap berada di zona ekspansif. Sementara IKK tercatat 124,3 poin yang menunjukkan optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi kedepan tetap terjaga. 

“Namun demikian, pemerintah tetap mewaspadai ketidakpastian ekonomi dan keuangan global,” katanya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar