10 Maret 2025
14:25 WIB
Pemerintah Komitmen Transformasi Pengelolaan Sampah Jadi Energi Bersih
Pemerintah berkomitmen segera mentransformasi pengelolaan sampah RI menjadi energi bersih dan berkelanjutan. Kementerian PU mendorong percepatan pembangunan fasilitas pembangkit listrik dari sampah.
Editor: Khairul Kahfi
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya. Antara/HO-Kementerian PU
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengungkapkan, pemerintah berkomitmen kuat untuk segera mentransformasi pengelolaan sampah di Indonesia menjadi energi bersih dan berkelanjutan.
"Pengelolaan sampah secara cerdas dan modern sangat memungkinkan. Keberhasilan Surabaya mengubah sampah menjadi energi listrik merupakan bukti nyata bahwa limbah memiliki potensi ekonomi tinggi," ujar Dody melansir Antara, Jakarta, Senin (10/3).
Menurutnya, volume sampah yang terus meningkat setiap hari merupakan tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian PU aktif mendorong percepatan pembangunan fasilitas pembangkit listrik atau sistem yang mengolah sampah menjadi energi (Waste to Energy/WTE) di berbagai daerah serta optimalisasi penerapan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).
Lebih lanjut, Dody menjelaskan, pemerintah tengah menyederhanakan regulasi serta menyesuaikan tarif listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk menarik lebih banyak investasi swasta.
Baca Juga: Pengamat Sarankan 2 Hal Ini Agar Capai Swasembada Energi
Selain itu, melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), proyek pengelolaan sampah diharapkan berjalan efektif tanpa terlalu membebani anggaran negara.
Dody berharap, keberhasilan model pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, dapat menjadi inspirasi dan diikuti oleh kota-kota lain di Indonesia.
"Pengelolaan sampah modern adalah kunci utama dalam menciptakan kota-kota cerdas, sehat, dan nyaman di Indonesia. Ini bukan sekadar mimpi, tetapi realita yang bisa kita wujudkan bersama," sebutnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto optimistis Indonesia mampu melakukan swasembada energi dan tidak bergantung pada negara lain di bawah era kepemimpinannya.
Prabowo menjelaskan bahwa swasembada energi sangat diperlukan oleh Indonesia sebagai negara yang berdaulat dalam keadaan ketegangan dan kemungkinan perang yang bisa terjadi di mana-mana sewaktu-waktu.
Dalam posisi tersebut, kata dia, masing-masing negara akan berfokus pada negaranya sendiri. Jika perang berkecamuk, Indonesia akan sulit dalam mendapatkan sumber energi dari negara lain.
Potensi Pembangkit Listrik Dari Sampah
Kementerian ESDM pada 2016 sempat mencatat, pemanfaatan sampah menjadi energi masih sangat minimal. Saat itu, capaian pembangkit listrik berbasis sampah kota di Indonesia baru mencapai 17,6 MW, capaian ini masih cenderung kecil dibanding potensi yang dimiliki sekitar 2.066 MW
Oleh karena itu, masih banyak potensi sampah yang belum termanfaatkan. Kementerian ESDM meyakini, situasi tersebut bisa menjadi peluang bagi investor untuk mengembangkan potensi sampah yang ada untuk menjadi energi listrik.
Baca Juga: Ekonom Dukung Prabowo Dorong Investasi Energi Terbarukan Di Dalam Negeri
Lalu, pemerintah menginformasi akan mengoperasikan sebanyak 12 PLTSa sepanjang 2019-2022 yang diproyeksikan mampu menghasilkan listrik hingga 234 Megawatt (MW) dari sekitar 16 ribu ton sampah per hari
Dari rencana itu, Surabaya (10 MW) akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listik berbasis biomassa tersebut dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari, dengan nilai investasi sekitar US$49,86 juta.
Lokasi PLTSa kedua berada di Bekasi. PLTSa tersebut diperkirakan mengantongi investasi US$120 juta dengan daya 9 MW.
Selanjutnya, ada tiga pembangkit sampah yang berlokasi di Surakarta (10 MW), Palembang (20 MW) dan Denpasar (20 MW). Total investasi untuk menghasilkan setrum dari tiga lokasi yang mengelola sampah sebanyak 2.800 ton/hari sebesar US$297,82 juta.
Sisanya, DKI Jakarta sebesar 38 MW dengan investasi US$345,8 juta, Bandung 29 MW dengan nilai investasi US$245 juta. Kemudian Makassar, Manado dan Tangerang Selatan, dengan masing-masing kapasitas sebesar 20 MW dan investasi yang sama, yaitu US$120 juta.