c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

24 Januari 2024

21:00 WIB

Pemerintah Komitmen Gaungkan Koperasi Modern 2024

Hal ini dilakukan untuk menutup sentimen negatif terkait kasus gagal bayar beberapa Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang marak terjadi di 2023.

Penulis: Khairul Kahfi

Pemerintah Komitmen Gaungkan Koperasi Modern 2024
Pemerintah Komitmen Gaungkan Koperasi Modern 2024
Seorang warga melintas di depan logo Koperasi Indonesia di dinding Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Antara Foto/Ari Bowo Sucipto

SUBANG - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim menegaskan, pemerintah akan terus menggaungkan citra positif koperasi-koperasi modern dan berkualitas di sektor produksi sepanjang 2024. Setelah sempat tercoreng pemberitaan negatif terkait kasus gagal bayar beberapa Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di 2023.

"Ini juga menjadi bagian dari langkah evaluasi capaian kementerian pada 2023, serta hal-hal apa saja yang mesti diperbaiki pada tahun 2024. Terlebih, saat ini kita sedang menyusun Rencana Strategis atau Renstra," ucap Arif dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu (24/1).

Arif mencontohkan, Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (GLB) di Desa Cisalak, Subang yang fokus pada usaha budidaya komoditas kopi jenis Arabika dan Robusta ini, merupakan contoh inspirasi dan energi positif dari eksistensi sebuah koperasi produksi.

Bahkan, koperasi Primer Nasional ini juga sudah mampu mengekspor kopi secara langsung ke beberapa negara seperti Arab Saudi, Mesir, Lebanon, dan Amerika Serikat tanpa perantara. Terlebih, koperasi yang sudah berdiri sejak 2016 ini mampu mendorong 800 anggotanya, dengan total lahan kopi 1.200 ha dan sawah 300 ha masuk skala ekonomi.

"Komoditas kopi memang memiliki potensi luar biasa untuk terus dikembangkan. Koperasi Gunung Luhur Berkah bisa menjadi contoh bagi koperasi lain dalam mengembangkan usaha kopi," ucapnya.

Baca Juga: Teten: Permasalahan KSP Bisa Jadi Bom Waktu

Menurutnya, laporan ini juga menunjukkan, koperasi meningkatkan model sekaligus skala bisnis masyarakat di daerah. Kendati sebelum dikonsolidasi koperasi, para petani kopi hanya menanam secara perorangan dalam skala non ekonomis atau lahan sempit. 

“(Skema) koperasi mampu menghasilkan produk yang bisa terhubung dengan pasar global untuk menjaga kontinuitas suplai dan kualitasnya,” ungkapnya.

Dalam kesempatan sama, Ketua Koperasi Produsen GLB Miftahudin Shaf menjelaskan, Koperasi Produsen GLB melalui usaha berkebun telah mencetak perkebunan kopi yang di antaranya berlokasi di Kabupaten Subang, Cianjur, dan Bogor. 

Baca Juga: Teten: Pengesahan RUU Perkoperasian Akan Perbaiki Ekosistem Koperasi

Di bidang pertanian, Koperasi Produsen GLB juga dipercaya BAPPEBTI sebagai pengelola gudang dalam Sistem Resi Gudang (SRG) Kopi, Padi, dan Gabah. "Terdapat tiga gudang yang berhasil dikelola, yakni Gudang SRG Sri Ampeli, Gudang SRG Rizki Wijaya, dan Gudang SRG Mitra Tani," kata Miftahudin.

Pihaknya  mengapresiasi berbagai kebijakan dan dukungan KemenKopUKM terhadap pengembangan koperasi dalam menjalankan usaha, khususnya untuk Koperasi GLB. Di antaranya, bisa mendapatkan pendampingan kelembagaan dari Agriterra, fasilitasi pendampingan Sertifikasi HACCP, dan tenaga pendampingan koperasi untuk mendapatkan Sertifikasi Fair Trade.

Butuh Investor
Lebih lanjut, Miftahudin menjelaskan, Koperasi GLB merupakan koperasi yang memiliki fokus kegiatan usaha di bidang perkebunan hulu-hilir, mulai dari pembenihan, budidaya, pascapanen, hingga trading. Serta menjadi satu-satunya koperasi di Jawa Barat yang telah memiliki izin pengelolaan gudang dalam resi gudang untuk komoditas kopi.

Untuk pengembangan usaha kopi, Koperasi Produsen GLB yang beromzet Rp17 miliar pada 2023, membutuhkan banyak investor untuk mengolah potensi 10 ribu hektar hasil kerja sama lahan dengan Perhutani. Hitungannya, dengan investasi sebesar Rp50 juta/ha, akan mendapatkan sekitar 2.500 pohon. 

“(Investasi) itu sudah termasuk biaya bibit, penanaman, perawatan, hingga panen. Ini akan menghasilkan saat memasuki usia dua tahun, dan di tahun ketiga modal sudah bisa kembali," ujarnya.

Memasuki tahun keempat, sambungnya, akan sudah masuk tahap profit revenue sharing sebesar 40:60. "Tiap tahun, harga kopi selalu meningkat, tak pernah ada kata turun," terangnya.

Apalagi, Koperasi Produsen GLB sudah memiliki mitra offtaker di Mesir (Alpostan Company), Arab Saudi (Al-Sahabh Trading Company dan Abdul Wahid Trading Co), Lebanon (Arc Build/Ghaleb K Faour), dan Indonesia (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sulotco Jaya Abadi, dan Mayora). 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar