23 Januari 2025
16:02 WIB
Pemerintah Bidik Konsumsi Listrik Per Kapita Lampaui 5.000 KWH
Target konsumsi listrik 2060 dalam RUKN masih selaras dengan proyeksi yang termaktub di KEN
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Benhil 2, Jakarta, Senin (20/6/2022). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
JAKARTA - Pemerintah menargetkan konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2060 mendatang bisa tembus ke angka 5.038 kilowatt hour (kWh).
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung. Di hadapan Komisi XII DPR, Yuliot mengatakan, target itu tertuang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060.
Dia menyebutkan target konsumsi listrik per kapita juga telah diselaraskan dengan proyeksi yang tercantum dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN).
"Konsumsi listrik per kapita dalam RUKN telah diselaraskan dengan penetapan dalam KEN. Angka asumsi listrik per kapita diambil dari penetapan KEN untuk tahun 2030, 2040, 2050, dan 2060," ujar Yuliot di Gedung Parlemen, Kamis (23/1).
Artinya, konsumsi listrik per kapita tahun 2060 yang termaktub di dalam RUPTL masih berada di rentang skenario KEN yang juga di angka 5.038 kWh.
Baca Juga: Pemerintah Butuh Rp48 T Untuk 6.000 Dusun Yang Belum Tersentuh Listrik
Selain itu, Yuliot juga menyebut target konsumsi listrik itu berada di rentang konsumsi listrik per kapita Inggris 4.333 kWh dan Jerman sebesar 6.060 kWh pada tahun 2023 lalu.
"Jadi sehingga kami melihat adanya rencana ini masih mengacu pada konsumsi listrik negara-negara maju," kata dia.
Lebih lanjut, dijelaskan Yuliot penyusunan RUKN dilakukan melalui berbagai tahapan. Perumusannya dimulai dari mempertimbangkan kWh per kapita yang termaktub dalam KEN.
Kemudian, demand listrik dihitung per regional, termasuk untuk kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, proyek hilirisasi, sentra kelautan dan perikanan, hingga destinasi pariwisata prioritas.
Baca Juga: Bahlil Bakal Lempar 60% Proyek Pembangkit Listrik Baru Ke Swasta
Ketiga, ialah penghitungan kapasitas infrastruktur kelistrikan eksisting (pembangkit dan transmisi), serta rencana proyek di setiap daerah sebagai baseline.
Tahap ketiga ialah mengoptimalkan pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di setiap kawasan. Selanjutnya, adalah penghitungan penambahan kapasitas pembangkit dan transmisi.
"Dengan bantuan tools Balmorel, diperoleh optimalisasi tambahan kapasitas pembangkit dan transmisi, bauran energi, kebutuhan bahan bakar, emisi, dan BPP masing-masing region untuk 2024-2060," pungkas Yuliot Tanjung.