11 April 2025
12:24 WIB
Pemerintah Bidik Kinerja Perdagangan RI-Turki US$10 Miliar Di 2025
Pemerintah RI membidik untuk meningkatkan nilai perdagangan dengan Turki ke angka US$10 miliar, serta mempercepat implementasi perjanjian dagang limited preferential trade agreement.
Penulis: Aurora K M Simanjuntak
Editor: Khairul Kahfi
Menko Ekonomi Airlangga Hartarto berjabat tangan dengan Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali dalam pertemuan Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting di Ankara, Turki, Kamis (11/4). Dok Kemenko Ekonomi
ANKARA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Pemerintah RI merasa perlu memperkuat kerja sama perdagangan dengan Turki, pasca Amerika Serikat (AS) mengumumkan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.
Dia menilai, potensi kerja sama perdagangan RI-Turki sangat besar. Pada 2024, perdagangan kedua negara mencapai US$2,4 miliar dan ditargetkan bisa mencapai US$10 miliar pada tahun ini.
"Perdagangan kedua negara pada 2024 sekitar US$2,4 miliar, dan ditargetkan oleh kedua Kepala Negara untuk mencapai hingga US$10 miliar," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (11/4).
Baca Juga: Indonesia-Turki Komitmen Tingkatkan Ekspor Pertanian Antarkedua Negara
Untuk mengakomodir kerja sama perdagangan RI-Turki, Airlangga mengatakan, kedua negara harus mempercepat implementasi Limited Preferential Trade Agreement (LPTA). Nantinya, bisa fokus pada pengurangan atau pembebasan tarif untuk perdagangan, serta skema kebijakan non tarif.
Sebagai informasi, LPTA adalah perjanjian perdagangan bilateral atau multilateral yang lebih terbatas ketimbang Free Trade Agreement (FTA) atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
"Melalui perjanjian perdagangan ini, kedua negara dapat fokus pada beberapa produk utama untuk dibebaskan, baik secara tarif maupun non-tarif, dengan waktu negosiasi yang relatif lebih cepat," kata Airlangga.
Menurut Menko Perekonomian, Indonesia dan Turki memiliki fundamental ekonomi relatif stabil dengan konsumsi domestik cukup tinggi. Pada 2025, umur kerja sama bilateral RI-Turki sudah mencapai 75 tahun.
Ke depannya, pemerintah RI akan melanjutkan kerja sama dengan negara yang saat ini dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan.
"Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerja sama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat," terangnya.
Komoditas Perdagangan
Pada kesempatan sama, Deputi Menteri Perdagangan Turki Ozgur Volkan Agar mengatakan, Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN.
Di sisi lain, Indonesia juga dapat melihat Turki sebagai hub untuk masuk pada pasar Uni Eropa dan mendukung percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
"Turki telah memiliki kerja sama perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam, sehingga sudah menjadi keharusan bahwa limited preferential trade agreement segera diselesaikan, sejalan dengan mandat kedua negara," kata Ozgur.
Baca Juga: Menperin Sebut Perusahaan Turki Mau Dirikan Pabrik di Indonesia
Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali menambahkan, ada potensi produk pertanian Turki untuk bisa masuk ke pasar Indonesia. Sebaliknya, Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan dari Indonesia.
"Produk-produk tersebut dapat menjadi bahan baku bagi industri makanan-minuman serta sektor industri kerajinan di Turki sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara," katanya.
Adapun perwakilan RI-Turki sama-sama menghadiri pertemuan Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) yang turut dihadiri 50 pemimpin bisnis kedua negara.
Di antaranya, mewakili berbagai sektor usaha seperti pertahanan, teknologi, konstruksi, infrastruktur, energi, industri kesehatan, farmasi, manufaktur, pendidikan vokasi, dan pengembangan SDM.