c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 April 2025

15:06 WIB

Pembukaan Perdagangan Bursa Besok: Strategi Akumulasi di Tengah Perang Dagang 

Meskipun pasar global tengah diwarnai ketegangan akibat perang dagang, pasar saham Indonesia diperkirakan akan menghadapi peluang menarik bagi para investor.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Pembukaan Perdagangan Bursa Besok: Strategi Akumulasi di Tengah Perang Dagang&nbsp;</p>
<p id="isPasted">Pembukaan Perdagangan Bursa Besok: Strategi Akumulasi di Tengah Perang Dagang&nbsp;</p>

Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). AntaraFoto/Bayu Pratama S

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali membuka perdagangan saham pada Selasa (8/4), setelah libur panjang Lebaran. Meskipun pasar global tengah diwarnai ketegangan akibat perang dagang, pasar saham Indonesia diperkirakan akan menghadapi peluang menarik bagi para investor.

Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, situasi saat ini bisa menjadi momentum bagi investor, terutama yang baru bergabung. "Bagi investor baru, ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan aksi akumulasi beli," ungkap Nafan kepada Validnews, Senin (7/4).

Menurutnya, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) saat ini sudah berada dalam fase akumulasi yang sangat menjanjikan secara teknikal.

Baca Juga: Lebih Buruk Dari Perkiraan, Tarif Resiprokal Trump Bikin Bursa Rontok

“Secara fundamental, IHSG sudah berada di bawah nilai wajar. Artinya, saham-saham di Indonesia saat ini cukup undervalued, memberikan peluang menarik untuk masuk pasar,” tambahnya.

Namun, Nafan juga mengingatkan para investor profesional yang sudah berinvestasi di level harga sebelumnya untuk tetap menjaga prinsip money management dan risk management.

"Bagi investor yang sudah memiliki portofolio, penting untuk tetap mengelola risiko dengan baik, mengingat ketidakpastian yang masih ada di pasar global akibat perang dagang AS-China," kata Nafan.

Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, AS dan China, memang terus mempengaruhi sentimen pasar. Terbaru, China menyatakan mengenakan tarif 34% untuk semua produk AS, sebagai respons atas kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.

Perlu diketahui, Presiden Trump menerapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap negara mitra dagang AS. Indonesia sendiri dikenakan tarif sebesar 32%. Tarif resiprokal AS ini akan berlaku mulai tanggal 9 April 2025, dan diyakini memberikan dampak signifikan terhadap daya saing ekspor Indonesia ke AS.

Baca Juga: Tak Lakukan Retaliasi Hadapi Tarif Resiprokal AS, RI Pilih Negosiasi

Nafan menilai keputusan ini memberikan tekanan terhadap pasar global, namun juga membuka peluang bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia yang kini menjadi lebih terdiskon.

“Secara keseluruhan, kita bisa melihat kondisi ini sebagai bless in disguise. Banyak saham yang terdiskon, dan ini bisa menjadi peluang untuk membeli saham-saham dengan harga yang lebih murah,” jelas Nafan.

Dengan kondisi tersebut, para investor diharapkan dapat memanfaatkan situasi ini dengan bijak, melakukan analisis yang matang, serta memastikan portofolio mereka terkelola dengan baik untuk memitigasi risiko yang ada.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar