09 Juli 2025
14:20 WIB
Peluang Ekspor Capai Rp4 T Lebih, Kemenperin Genjot Hilirisasi Minyak Atsiri
Kemenperin menyebut industri minyak atsiri nasional berpeluang tingkatkan ekspor, sejalan dengan naiknya tren permintaan green beauty dan clean label di global.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
Inspektur Jenderal Kemenperin Muhammad Rum dalam pembukaan acara Aromatika Indofest 2025 di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (9/7). Validnews/Erlinda PW
JAKARTA - Inspektur Jenderal Kemenperin Muhammad Rum mengungkapkan, industri minyak atsiri dalam negeri terus bertumbuh. Nilai ekspor minyak atsiri 2024 mencapai US$259,54 juta atau sekitar Rp4,22 triliun (kurs: Rp16.249 per dolar AS).
Adapn komoditas atsiri yang dominan Indonesia ekspor adalah nilam sebesar 54% atau senilai US$141,32 juta. Komoditas atsiri lainnya yang tak kalah diminati pasar ekspor adalah minyak pala, cengkeh, cendana, dan serai wangi.
Kemenperin mengidentifikasi, Indonesia menempati posisi kedelapan sebagai negara eksportir minyak atsiri, dengan kontribusi 4,12% terhadap pasar dunia. Walau demikian, Rum mengamini sebagian besar produk atsiri Indonesia yang diekspor masih didominasi bahan baku mentah.
"Oleh karena itu, penguatan hilirisasi menjadi urgensi strategis agar nilai tambah dari sektor ini dapat dinikmati di dalam negeri dan memperkuat struktur industri nasional yang berdaya saing," jelas Rum dalam pembukaan acara Aromatika Indofest 2025 di Kantor Kemenperin), Jakarta, Rabu (9/7).
Baca Juga: Mengenal Atsiri, Si Minyak “Terbang”
Rum juga mengakui peluang ekspor produk hilirisasi minyak atsiri Indonesia semakin terbuka lebar. Terlihat dari tren konsumsi global yang semakin bergeser ke produk-produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan beberapa tahun terakhir.
"Permintaan terhadap minyak atsiri terus meningkat, terutama dari industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, serta sektor health and wellness yang mengedepankan gaya hidup sehat dan holistik," imbuhnya.
Ilustrasi - Minyak atsiri dalam botol kaca dengan bunga chamomile segar. Shutterstock/Bozhena Melnyk
Menurutnya, pertumbuhan industri-industri tersebut di 2024 tercatat mengalami kenaikan 10% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut diproyeksikan akan terus naik, seiring berkembangnya preferensi konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan.
Baca Juga: GWI Rilis Ranking Nilai Pasar Wellness, Begini Posisi Indonesia
Sejalan dengan potensi pertumbuhan, Rum menjelaskan, tren global seperti green beauty, clean label, serta permintaan terhadap produk tersertifikasi organik dan tertelusur (traceability) bakal memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok dunia ke depannya.
"Nilam dan cengkeh yang berasal dari Indonesia telah menjadi tulang punggung industri parfum dan wellness global. Hal ini menjadi peluang besar yang harus dioptimalkan melalui peningkatan daya saing dan nilai tambah di dalam negeri," imbuh Rum.
Kendala Industri Minyak Atsiri
Meski punya peluang besar ekspor produk hilir, Rum menerangkan, industri minyak atsiri nasional saat ini masih punya sejumlah kendala yang perlu pembenahan segera.
Pertama, kendala kurangnya diversifikasi produk hilir. Kedua, perlunya ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan dan berstandar. Ketiga, terbatasnya akses ke pasar global. Keempat, kebutuhan peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
Oleh karena itu, Rum menyatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa program untuk mendukung industri minyak atsiri dalam negeri.
"Pertama adalah penetapan industri atsiri sebagai sektor prioritas nasional dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), ada fasilitasi investasi dan hilirisasi melalui insentif fiskal, pembangunan regulasi dan standar mutu melalui SNI dan SKKNI," katanya.
Baca Juga: Rekomendasi Destinasi Wellness Tourism Di Indonesia
Selain itu, ada juga perbaikan rantai pasok dan penyusunan database minyak atsiri nasional berbasis web, peningkatan branding dan akses pasar global melalui branding dan keikutsertaan pameran, serta pengembangan SDM dan pendidikan vokasi dan pusat inovasi dan hilirisasi.
Salah satu upaya Kemenperin untuk mendukung industri atsiri Indonesia saat ini melalui penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025 yang berlangsung pada 9-11 Januari 2025.
Pameran Aromatika Indofest berlangsung untuk memperkuat ekosistem industri minyak atsiri dari hulu hingga hilir. Acara ini juga menjadi gelaran perdana Kemenperin dengan bertajuk 'Aroma Nusantara: Wangi Alami, Karya Anak Negeri', dan diharap menjadi ajang rutin tahunan.
Perlu diketahui, terdapat 97 jenis tanaman atsiri di seluruh dunia. Sementara itu, 40 di antaranya berada di Indonesia, dan sebanyak 25 jenis telah dibudidayakan secara komersial, mulai dari nilam, cengkeh, sereh wangi, hingga pala dan kenanga.