05 Februari 2022
12:49 WIB
Penulis: Ruth Hesti Utami
Editor: Rikando Somba
Pernah mendengar istilah “minyak terbang”? Jika belum pernah, istilah itu biasanya dilekatkan dengan minyak atsiri. Tentunya, minyak itu bukan terbang seperti burung, tetapi minyak ini amat mudah menguap dalam suhu ruang sehingga aromanya bagaikan “terbang” dan bisa hilang dalam sekejap mata bila tak tepat cara penyimpanannya.
Agar bau wangi tak hilang, minyak atsiri memang harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan bertutup rapat, serta ditempatkan di tempat kering dan sejuk.
Minyak terbang alias minyak atsiri, adalah minyak yang diekstraksi dari berbagai jenis tanaman aromatik. Minyak ini terkandung di dalam buah, bunga, daun atau batang tanaman, dan bisa diekstraksi dengan sejumlah cara.
Proses ekstraksi yang paling umum digunakan di Indonesia adalah penyulingan dengan air (water distillation) atau dengan uap (steam distillation). Prinsipnya tak jauh berbeda, tanaman sumber minyak atsiri direbus atau dikukus sehingga kandungan minyak atsiri terlepas dan terbawa oleh uap air. Di akhir proses penyulingan, minyak dan air dipisahkan kembali.
Kegunaan minyak atsiri amat luas. Di industri makanan, kita mengenal rasa dan aroma menthol yang bersumber dari minyak tanaman peppermint. Minyak dari tanaman nilam, kenanga, gaharu, menjadi bahan parfum.
Kemudian, adas menjadi bahan minyak telon. Lalu, minyak serai dan pala memiliki khasiat anti jamur dan bakteri sehingga bisa digunakan sebagai desinfektan, sabun, obat-obatan, cairan pembersih, hingga pestisida alami.
Dengan manfaat begitu banyak, tak heran minyak atsiri memiliki nilai ekonomi tinggi. Apalagi, jumlah minyak yang bisa diekstraksi atau rendemen amat sedikit, dibandingkan jumlah bahan bakunya.
Rendemen serai wangi, misalnya, berkisar 0,7% hingga 1,02%. Dengan kata lain, jika kita memiliki bahan baku sebanyak 100 kg, kita hanya akan mendapatkan minyak serai sebanyak 0,7 – 1,2 kg.
Rendemen bunga mawar Damaskus (Rosa damascena), bahkan hanya sebesar 0,04% - 0,12%. Tak heran, minyak bunga mawar bisa mencapai harga yang fantastis, mencapai Rp140 juta/kg (Armando, 2002).
Nilai ekonomi yang tinggi itu tentu menjadikan minyak atsiri komoditi yang menarik dikembangkan. Beruntungnya, Indonesia memiliki begitu banyak tanaman aromatik yang bisa dibudidayakan sebagai sumber minyak atsiri, sekitar 150 jenis. Belum sampai setengahnya dikembangkan secara komersial.
Besar Potensinya
Data Dewan Atsiri Indonesia (DAI) menyebutkan, saat ini Indonesia memproduksi sekitar 20 jenis minyak atsiri, dan 12 jenis di antaranya cukup dominan di pasar global, seperti minyak nilam, kenanga, akar wangi, serai, pala, dan cengkeh.
Industri ini ternyata juga cukup kuat bertahan menghadapi pandemi global. Saat dunia menghadapi ancaman covid-19, kepercayaan masyarakat terhadap manfaat kesehatan bahan-bahan alami menguat, sehingga penggunaan aromaterapi yang berbahan minyak atsiri juga meningkat.
Data Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai US$83,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5% (yoy). Selama 2020, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia naik 16,45% (yoy) mencapai US$215,81 juta.
Baca berita terkait: LPEI Dukung Pelaku Usaha Minyak Atsiri Perluas Pasar Ekspor
Nah, menarik bukan mengembangkan minyak atsiri? Tentunya, perlu keseriusan agar peluang usaha ini tak terlewatkan karena Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang berkeinginan menjadi eksportir minyak atsiri.
Studi mengenai daya saing minyak nilam di pasar internasional menunjukkan, setiap tahun jumlah eksportir minyak nilai bertambah 1-2 negara (JEPA, 2021). Jadi, meskipun dikaruniai kekayaan alam, Indonesia tak bisa berleha-leha jika ingin menduduki peringkat atas pasar minyak atsiri dunia.
Referensi:
Huda, Meitasari & Widyawati. (2021). ANALYSIS OF THE COMPETITIVENESS OF INDONESIA'S PATCHOULI ESSENTIAL OIL EXPORTS IN THE INTERNATIONAL MARKET WITH BRAZIL, UNITED STATES OF AMERICA, MEXICO, AND FRANCE IN 2001-2018. Diakses pada 2 Februari 2022, dari https://jepa.ub.ac.id/index.php/jepa/article/view/775
LPEI Dukung Pelaku Usaha Minyak Atsiri Perluas Pasar Ekspor dikutip dari https://www.validnews.id/ekonomi/lpei-dukung-pelaku-usaha-minyak-atsiri-perluas-pasar-ekspor
Armando, Rochim. (2009). Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta : Penebar Swadaya.