26 Agustus 2025
15:19 WIB
Pasokan Beras Cukup, Bulog Diminta Percepat dan Jaga Kualitas Distribusi
Badan Pangan Nasional menyatakan pasokan beras hingga akhir tahun mencukupi. Untuk mengatasi kenaikan harga saat ini, Bulog diminta mempercepat distribusi.
Penulis: Erlinda Puspita
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa (tengah) dalam Diskusi Publik "Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional" di Jakarta, Selasa (26/8). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengungkapkan pasokan beras saat ini sudah sangat mencukupi. Hanya saja ia mengakui Bulog perlu mempercepat distribusi beras untuk menekan harga.
Ketut menuturkan, berdasarkan jumlah perkiraan produksi hingga September 2025 sesuai kerangka sampel area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 28,22 juta ton. Sementara untuk kebutuhan sampai September sekitar 22,5 juta ton.
"Artinya kalau kita bandingkan antara produksi dan kebutuhan sampai September, masih ada sekitar 4 sekian juta ton. Jadi secara prinsip untuk sampai September ini relatif sangat bagus...Secara stok sebenarnya relatif aman dan tidak perlu masyarakat panik. Namun memang perlu kita lakukan penataan harga," ujar Ketut dalam Diskusi Publik "Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional" di Kantor Ombudsman, Jakarta, Selasa (26/8).
Baca Juga: Harga Beras Masih Tinggi, Pengamat Usulkan Tiga Langkah Tekan Harga
Sementara itu untuk perkiraan produksi, Ketut menjelaskan berdasarkan catatan historis produksi beras di tahun 2022, 2023, dan 2024, rata-rata produksi di bulan Oktober hingga Desember diperkirakan sebanyak 33,52 juta ton.
Kemudian ada stok carry over sebanyak 8 juta ton. Sehingga diperkirakan hingga akhir tahun 2025, stok beras konsumsi mencapai 41 juta ton. Angka ini termasuk yang beredar di masyarakat dan di gudang Bulog sekitar 4 juta ton.
"Maka diperkirakan (beras yang beredar) ada sekitar 36 sampai 37 juta ton. Jadi sangat besar," ungkap Ketut.
Lebih lanjut, menurut Ketut, untuk menekan kenaikan harga beras yang terus terjadi saat ini, pemerintah telah melakukan penyaluran bantuan pangan dan beras SPHP. Kedua program ini ia klaim telah berhasil menekan kenaikan harga, meski masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Selain itu, sebanyak 360 ribu ton beras bagi 18,2 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) telah didistribusikan untuk program bantuan pangan dan sekitar 1,3 juta ton akan didistribusikan untuk SPHP.
"Jadi kalau kita lihat perkembangan harga setelah ada bantuan pangan memang flat. Diam dia, nggak naik atau turun. Kemudian pemerintah mengintervensi dengan SPHP 1,3 juta ton dari Juli sampai Desember. Tapi ini memang masih perlu peningkatan dan kami sudah berkoordinasi dengan Bulog untuk percepatan dan penguatan distribusi di lapangan," imbuh Ketut.
Baca Juga: Menteri Amran Optimistis Penurunan Harga Beras Terus Berlanjut
Harga Beras
Dari pantauan panel harga pangan Bapanas, pada hari ini Selasa (26/8) terlihat rata-rata harga beras nasional untuk premium ada di Rp16.234/kg atau 8,95% di atas HET Rp14.900/kg. Harga rata-rata beras medium ada di Rp14.083/kg atau 4,32% di atas HET nasional Rp13.500/kg.
Adapun untuk harga beras SPHP secara rata-rata nasional tercatat Rp12.606/kg atau di bawah 6,62% dari HET SPHP Rp13.500/kg.
Sejalan dengan percepatan distribusi Bulog tersebut, Ketut pun mengapresiasi keberhasilan Bulog yang berhasil mendistribusikan beras sekitar 7 ribu ton per hari, meski masih jauh dari target yang diperkirakan 12 ribu ton.
Kendati begitu, ia menggarisbawahi agar Bulog juga menjaga kualitas distribusi melalui pendistribusian di pasar modern, pasar rayat, dan gerakan pasar murah (GPM), hingga Koperasi Desa Merah Putih atau Kopdes.