c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

12 Agustus 2025

19:20 WIB

Pasca IP-CEPA, Ekspor 10 Komoditas Ini Bakal Meningkat ke Pasar Peru

Kemendag catat ada sepuluh komoditas unggulan yang ekspornya akan meningkat ke Peru usai implementasi IP-CEPA, mulai dari alas kaki hingga margarin.

Penulis: Erlinda Puspita

<p id="isPasted">Pasca IP-CEPA, Ekspor 10 Komoditas Ini Bakal Meningkat ke Pasar Peru</p>
<p id="isPasted">Pasca IP-CEPA, Ekspor 10 Komoditas Ini Bakal Meningkat ke Pasar Peru</p>

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono dan Ketua Komite Anti Dumping Danang Prasta Danial dalam Media Briefing IP-CEPA, di Kantor Kemendag, Selasa (12/8). ValidNewsID/Erlinda PW

JAKARTA - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Ditjen PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono mengungkapkan ada sepuluh komoditas ekspor utama Indonesia yang bisa ditingkatkan usai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Peru (IP-CEPA). Kesepuluh komoditas tersebut menurutnya telah memperoleh penghapusan, penurunan, dan pengurangan tarif ke Peru.

Djatmiko mengaku optimis dengan kenaikan potensi ekspor Indonesia ke Peru usai IP-CEPA ini terlaksana nantinya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), total nilai perdagangan Indonesia dengan Peru di tahun 2020 hingga 2024 mengalami tren kenaikan 15,19% dengan surplus yang diperoleh Indonesia tumbuh mencapai 15,7%.

Baca Juga: Indonesia Targetkan Transaksi Pasca IP-CEPA Tembus US$5 Miliar

Di periode Januari-Juni 2025, total perdagangan Indonesia dan Peru tercatat US$264,8 juta atau naik 34,4% dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 yang hanya US$197,1 juta. Perdagangan tersebut terdiri dari ekspor senilai US$206,4 juta dan impor senilai US$58,4 juta.

“Kita sangat yakin bahwa dengan adanya CEPA ini akan semakin mendorong pertumbuhan nilai perdagangan bilateral Indonesia-Peru. Sebelum ada CEPA saja sudah tumbuh 34%, apalagi sudah. Mudah-mudahan doakan saja nanti proses ratifikasinya,” ujar Djatmiko dalam Media Briefing IP-CEPA, di Kantor Kemendag, Selasa (12/8).

Beberapa komoditas yang paling sering diperdagangkan antara Indonesia dan Peru sepanjang tahun 2024, pertama untuk komoditas yang diekspor adalah mobil dan kendaraan bermotor lainnya (US$120,8 juta), alas kaki/sol/karet/plastik/kulit, bagian atas tekstil (US$21,8 juta), minyak sawit dan pecahannya (US$21,4 juta), lemari es/freezer dan pompa panas non-AC (US$16,5 juta), alas kaki/sol karet/plastik/kulit, bagian atas kulit (US$14,9 juta).

Kemudian untuk komoditas yang diimpor Indonesia dari Peru adalah biji kakao (US$87,6 juta), batu bara dan briket/bahan bakar padat sejenis (US$15,6 juta), pupuk mineral atau kimia, fosfat (US$14,1 juta), anggur segar atau kering (US$11,5 juta), dan seng yang tidak ditempa (US$5 juta).

Dari catatan riwayat perdagangan yang terus tumbuh dan beberapa akomoditas yang kerap diperdagangkan, maka Djatmiko pun mengungkapkan ada sepuluh komoditas yang ke depannya berpotensi tumbuh ke pasar Peru. Pertama adalah komoditas alas kaki (HS6402), kertas karton tidak dilapisi (HS4802), komoditas margarin (HS1517), cengkeh (0907), mesin cetak yang digunakan untuk mencetak dengan pelat (HS8443), komoditas mobil penumpang dan kendaraan bermotor lainya (HS8703), komoditas alas kaki dengan sol luar dari karet (HS6404), minyak kelapa sawit dan fraksinya (HS1511), lemari pendingin, pembeku, dan peralatan pendingin (HS8414), dan alas kaki dengan sol luar dari karet (HS6403).

Djatmiko meyakini perjanjian dagang IP-CEPA ini mampu membuka akses pasar internasional Indonesia jauh lebih luas lagi di kawasan Amerika Latin, selain melalui Chile.

Baca Juga: IP-CEPA Incar Peningkatan Investasi Hingga Perdagangan Jasa

Tak hanya itu, Peru menurutnya secara teknis memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang baik dalam perdagangan Indonesia ke kawasan Amerika bagian Selatan, baik di bagian Timur, Utara, dan Selatan.

“Selama ini kita hanya mengandalkan Chile. Chile memang memiliki teritori yang panjang, tapi tidak salah dengan Peru ini. Selama ini banyak produk-produk kita yang diekspor ke Chile, sampai ke Peru. Sehingga pemerintah kita melihat Peru sangat memiliki potensi yang luar biasa untuk meningkatkan akses pasar,” tandas Djatmiko.

Dia juga menegaskan bahwa perdagangan Indonesia dan Peru saling melengkapi atau komplementer. Artinya kedua negara tidak saling bersaing.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar