c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

25 Februari 2025

19:50 WIB

Pasar Karbon Indonesia Belum Sesuai Permintaan Pasar Global

Kredit karbon yang dijual belum sesuai dengan minat pasar karbon global. Pasar karbon kini tengah menunggu kredit karbon nature-based solution. 

Penulis: Siti Nur Arifa

<p id="isPasted">Pasar Karbon Indonesia Belum Sesuai Permintaan Pasar Global</p>
<p id="isPasted">Pasar Karbon Indonesia Belum Sesuai Permintaan Pasar Global</p>

Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). AntaraFoto/Muhammad Ramdan

JAKARTA - Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Kementerian Lingkungan Hidup Ary Sudijanto mengungkap, pasar karbon Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar karbon global.

Kondisi di atas diungkap oleh Ary setelah Anggota Komisi XII DPR RI Fraksi PAN Eddy Soeparno mempertanyakan volume perdagangan karbon di Indonesia yang masih terbatas, disertai dengan harga jual yang tidak terlalu tinggi.

"Sebetulnya terus terang barang (kredit karbon) yang kita jual itu yang minat pasarnya juga tidak terlalu tinggi, yang kita jual itu masih yang tech-based, dari keefisiensi energi, dari EBT begitu. Sementara terus terang pasar itu sangat menunggu yang nature-based solution," papar Ary, dalam RDP terkait Progres Perdagangan Karbon di Jakarta, Selasa (25/2).

Baca Juga: Nilai Perdagangan Bursa Karbon Capai Rp62,93 Miliar

Perlu diketahui, nature-based solutions (NBS) atau Solusi Berbasis Alam adalah pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan dan sosial dengan memanfaatkan alam. Di Indonesia, NBS dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti kehutanan, pertanian, dan kelautan.

Sayangnya, konsep ini masih diterapkan dengan sangat terbatas. Wujud praktik yang terukur baru terdapat di Proyek Katingan Mentaya (KMP) sebagai inisiatif restorasi ekosistem hutan gambut.

Memiliki luas hampir 157,875 hektare atau setara dengan 2 kali besar negara Singapura, KMP adalah salah satu proyek pencegahan emisi karbon berbasis hutan terbesar di dunia, ditinjau dari jumlah karbon yang direduksi.

Baca Juga: KKP Sebut Perdagangan Karbon Padang Lamun Bisa Mulai Tahun Ini

Tercatat, jika proyek KMP ini telah berkontribusi dengan menjaga 7,5 juta ton karbon per tahun yang dipastikan tetap berada di dalam tanah dan tidak mencemari udara, atau sama dengan penghindaran emisi dari 2 juta mobil per tahun.

Oleh sebab itu, Ary mengungkap ke depan pihak KLHK akan mendorong NBS sebagai barang yang diperdagangkan untuk memenuhi permintaan pasar karbon global.

"Ini yang memang segera akan kita tunjukkan, untuk yang nature-based solution," tegasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar