c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

16 Januari 2025

16:01 WIB

Pangkas BI Rate, BI Dinilai Lebih Fokus Jaga Stabilitas Dan Pertumbuhan Seimbang

Terkait kebijakan menurunkan BI Rate, BI dinilai memberi perhatian lebih pada indikasi perlambatan inflasi dan ekonomi domestik, meskipun ada tekanan pada nilai tukar rupiah akibat volatilitas global

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Pangkas BI Rate, BI Dinilai Lebih Fokus Jaga Stabilitas Dan Pertumbuhan Seimbang</p>
<p id="isPasted">Pangkas BI Rate, BI Dinilai Lebih Fokus Jaga Stabilitas Dan Pertumbuhan Seimbang</p>

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior (kanan) dan Deputi Gubernur (kiri) menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (15/1/2025). AntaraFoto/Dhemas Reviyanto

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai Bank Indonesia (BI) lebih fokus menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, alih-alih nilai tukar rupiah.

Hal itu merespons keputusan BI menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025.

“BI memberikan perhatian lebih pada indikasi perlambatan inflasi dan ekonomi domestik, meskipun ada tekanan terhadap nilai tukar rupiah akibat volatilitas global,” kata Asmoro, dikutip dari Antara, di Jakarta, Kamis (16/1).

Dia menjelaskan volatilitas pasar belakangan ini telah memberi tekanan pada rupiah, terutama terkait dengan ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat dan kemungkinan penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang diproyeksi sebesar 25-50 bps tahun ini.

“BI mencatat adanya tekanan terhadap mata uang, sehingga meningkatkan upaya untuk menjaga stabilitas melalui intervensi langsung, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan stabilisasi pasar obligasi,” kata dia lagi.

Baca Juga: Peneliti BRIN Nilai Pemangkasan BI Rate Akan Pacu Daya Beli Masyarakat 3%

Cadangan devisa Indonesia pada Desember 2024 tercatat lebih tinggi pada US$155,7 miliar, dibandingkan US$146,4 miliar pada Desember 2023. Asmo menilai perkembangan itu menunjukkan kapasitas yang lebih besar dalam upaya menstabilkan mata uang.

Sementara tantangan global, seperti kebijakan fiskal ekspansif AS dan eskalasi kembali perang dagang, disebut dapat mempengaruhi pemulihan global ke depan.

Angka inflasi domestik terbaru tercatat sebesar 1,57% pada Desember 2024, mendekati batas bawah target inflasi BI di kisaran 1,5-3,5%. BI pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,7-5,5%, dari estimasi sebelumnya 4,8-5,6%.

Sedangkan Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh relatif stabil di angka 5,1% tahun ini dengan inflasi tetap rendah di 2,38% (yoy) pada akhir 2025.

Oleh karena itu, Asmo masih melihat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, tetapi hal ini akan bergantung pada arah kebijakan AS dan dampaknya terhadap stabilitas pasar keuangan.

“Kami memperkirakan BI dapat menurunkan suku bunga sebesar 50 bps tahun ini, membawa suku bunga acuan ke 5,5% pada akhir 2025,” ujar Asmo.

BI-Rate sebesar 25 bps menjadi berada di level 5,75%. Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5%. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6%.

BI-Rate Diprediksi Tetap 5,75% Hingga Akhir 2025
Terpisah, Permata Institute for Economic Research (PIER) PermataBank memproyeksikan BI-Rate tetap berada di level 5,75% hingga akhir tahun ini.

“Mengingat ketidakpastian yang terus berlanjut akibat risiko terkait perang dagang dan perang mata uang, kami mempertahankan proyeksi bahwa suku bunga BI akan tetap berada di 5,75% hingga akhir tahun 2025," kata Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman.

Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (15/1), ia mengingatkan pernyataan BI mengenai masih ada ruang untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada 2025. Namun, langkah tersebut akan sangat bergantung pada data ekonomi global dan domestik.

Selain itu, pasar dan BI juga mengantisipasi kemungkinan bank sentral Amerika Serikat The Fed hanya akan memangkas FFR sebesar 25 basis point (bps) pada paruh kedua tahun ini, yang akan membuat risiko terhadap stabilitas rupiah tetap tinggi sepanjang tahun.

Lebih jauh, defisit transaksi berjalan (CAD) yang melebar meningkatkan risiko defisit ganda, terutama mengingat kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan (pro-growth) di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bersamaan dengan latar belakang risiko Trade War 2.0. Hal ini akan semakin membatasi kemampuan BI untuk menurunkan suku bunga kebijakannya.

Baca Juga: Ekonom HSBC: Pemangkasan BI-Rate Langkah Yang Mengejutkan

Adapun PIER memandang keputusan BI pada Rabu (15/1) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 5,75% sebenarnya tidak terlalu mengejutkan.

Menurut PIER, potensi penurunan suku bunga sudah terlihat sejak RDG BI pada Desember lalu, mengingat indikator inflasi dan permintaan domestik yang masih lemah.

“Langkah BI ini sebenarnya sudah seusai dengan view kami sebelumnya, namun pemotongan di Desember (2024) tertunda ke Januari (2025),” kata Chief Economist PermataBank sekaligus Head of PIER Josua Pardede saat dihubungi secara terpisah.

Josua mengatakan meskipun rupiah memang cenderung melemah pada Januari 2025, namun ini merupakan fenomena global karena dolar AS menguat hampir ke semua mata uang dunia.

“Tekanan pada stabilitas rupiah masih ada sejalan dengan ketidakpastian global yang tetap berlangsung, tapi menurut BI sudah mulai dapat terukur dan terkendali,” kata dia.

Di sisi lain, ujar Josua, risiko pada sisi pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi tahun 2025 kemungkinan akan tertekan baik dari faktor dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, risiko Trade War 2.0 akan berisiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

Sedangkan, dari dalam negeri, risiko pelemahan tingkat permintaan akan berlanjut, seperti yang terindikasi dari inflasi yang sangat rendah mendekati batas bawah target sasaran atau menunjukkan lemahnya tingkat permintaan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar