16 Januari 2025
13:33 WIB
Peneliti BRIN Nilai Pemangkasan BI Rate Akan Pacu Daya Beli Masyarakat 3%
Peneliti BRIN menyatakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate menjadi 5,75%, akan secara langsung meningkatkan daya beli masyarakat hingga 3%.
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Jumat (18/10/2024). Sumber: AntaraFoto/Muhammad Ramdan
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate menjadi 5,75%, akan secara langsung meningkatkan daya beli masyarakat hingga 3%.
"Peningkatan daya beli ujungnya, 2-3% sudah bagus," kata Peneliti Ahli Madya Ketua Kelompok Riset Ekonomi dan Keuangan Internasional, Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Ragimun seperti dilansir Antara, Kamis (16/1).
Dia mengatakan, peningkatan daya beli tersebut dikarenakan masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap kredit atau pembiayaan murah untuk melakukan pembelian maupun usaha. Hal ini berdampak pada peningkatan daya beli yang dinilai tengah lesu.
Baca Juga: Hore! BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,75% di Awal 2025
Selanjutnya, Ragimun menyampaikan, pemangkasan suku bunga tersebut turut mendorong pengusaha untuk meningkatkan investasinya, yang akan membuka lapangan kerja.
"Dengan penurunan BI rate menjadi 5,75%, diharapkan terjadi peningkatan kredit murah, dengan demikian investasi meningkat di masyarakat dan harapannya juga membuka lapangan kerja," ujarnya pula.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi 5,75% adalah untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan di dalam negeri.
Baca Juga: Ekonom HSBC: Pemangkasan BI-Rate Langkah Yang Mengejutkan
"This is the timing untuk menurunkan suku bunga, supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik," kata Perry dalam konferensi pers hasil konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 di Jakarta, Rabu (15/1).
Dia menyebutkan keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, Perry juga menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga, khususnya menengah ke bawah, masih rendah berdasarkan ekspektasi konsumen. Kemudian, ekspektasi mengenai penghasilan dan lapangan kerja juga masih belum kuat.