14 Juni 2023
18:01 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan rata-rata non-performing finance (NPF) Gross perusahaan pembiayaan paylater per Maret 2023 sebesar 5,16%. Deputi Direktur Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Mulia Simatupang menerangkan angka itu lebih tinggi dari rata-rata NPF gross industri perusahaan pembiayaan yang hanya sebesar 2,37%.
"Jadi, jangan sampai angkanya 2 kali lebih tinggi daripada NPF gross industri perusahaan pembiayaan," ucapnya dalam Peluncuran Laporan Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia: Pemulihan Ekonomi dan Tren Belanja Pascapandemi 2023, Rabu (14/6).
Namun, Mulia menyampaikan kabar baiknya untuk NPF neto, yakni setelah dikurangi cadangan penghapusan piutang untuk perusahaan pembiayaan paylater hanya sebesar 0,85%, sedangkan untuk perusahaan pembayaran industri pada umumnya 0,61%.
Dia menyebut angka itu masih lebih rendah dari threshold 5%. Jadi, capaian masih di bawah itu. Mulia mengatakan OJK menggunakan NPF untuk penilaian tingkat kesehatan.
Dengan demikian, kalau NPF-nya semakin tinggi, penilaian tingkat kesehatan bisa dikatakan tak aman.
Oleh karena itu, OJK mengimbau perusahaan pembiayaan paylater perlu berhati-hati apabila hendak melakukan ekspansi bisnis.
Mulia mencontohkan pernah ada salah satu perusahaan pembiayaan yang mana berencana ekspansi 100% di tahun 2022. Pada akhirnya perusahaan itu berhasil mencapai target, tetapi pada dasarnya mereka juga harus berhati-hati jangan sampai angka NPF melonjak dan diimbau supaya terus dijaga.
"Kami sebagai otoritas dan pengawas mengingatkan agar management menjalankan perusahaannya secara hati-hati dan pertumbuhan piutang pembiayaan perlu diimbangi dengan mitigasi risiko untuk menjaga tingkat non-performing financing," kata Mulia.
Baca Juga: Makin Banyak Orang Belanja di e-Commerce Pakai Paylater
Meski demikian, OJK menyatakan bisnis perusahaan pembiayaan berbasis digital memiliki prospek yang cerah seiring dengan pertumbuhan transaksi di e-commerce. Apalagi, fitur pembiayaan paylater
"Nampak jelas bahwa bisnis perusahaan pembiayaan paylater memiliki prospek yang cerah karena ceruk pasarnya besar, disertai dengan tingkat pertumbuhan konsumen yang menggunakan metode pembiayaan paylater pada saat berbelanja," kata Mulia.
Menurutnya, akselerasi penggunaan Paylater yang semakin luas ini berkat masyarakat yang saat ini semakin banyak menggunakan smartphone. "Hal ini tentu mendukung suburnya layanan bisnis e-commerce termasuk BNPL (buy now pay later) dalam tiga tahun terakhir semenjak merebaknya Covid 19," sebut dia.
Riset menunjukkan persentase pengguna layanan Paylater dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada tahun 2022 menjadi 45,9% pada tahun 2023.
Nilai rata-rata transaksi e-commerce pada 2022 pun meningkat dibandingkan tahun 2021. Nilai transaksi e-commerce ini didominasi oleh kota-kota tier 1 (57%), terdapat peningkatan yang konsisten sejak 2020 pada kota-kota di tier yang lebih rendah, dari 33% (2020) menjadi 43% (2022).
OJK dalam hal ini juga menggaris bawahi beberapa penemuan menarik dari riset yang dilakukan, di antaranya meningkatnya secara konsisten nilai rata-rata transaksi dan proporsi e-commerce di kota kota tier 2 dan 3 dibandingkan tahun sebelumnya.
Ia menuturkan peningkatan ini turut didukung pemerataan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, termasuk infrastruktur digital dan rantai pasok di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah provinsi dengan penetrasi internet di bawah 50% pun semakin berkurang, yakni hanya enam provinsi pada 2021.
Temuan lainnya yang ikut ia soroti yakni terkait Paylater yang menjadi metode kredit pertama yang digunakan responden dengan angka hampir 60%. Menurutnya Paylater berada di jalur yang tepat untuk menjadi metode pembayaran e-commerce lantaran kemudahan dan fleksibilitas yang ditawarkan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan laporan tersebut juga makin menguatkan bahwa Paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tapi sebagai metode pembayaran yang efisien untuk bertransaksi sehari-hari.
"Perkembangan Paylater yang pesat tentu menjadi sinyal positif bagi kemajuan industri keuangan dan ekosistem e-commerce secara luas," ujarnya.
Baca Juga: Paylater, Utang Dengan Wajah Kekinian
SVP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, PayLater menawarkan berbagai kemudahan seperti fleksibilitas dalam pembayaran dan mendukung konsumen dalam mengatur keuangannya.
"Dalam memilih platform PayLater, faktor keamanan dan fleksibilitas pembayaran cicilan menjadi pertimbangan utama konsumen," katanya.
Secara umum, ia melihat konsumen merasa puas terhadap penggunaan PayLater dan merekomendasikan PayLater kepada orang terdekat, ditunjukkan dengan Net Promoter Score (NPS) PayLater 2023 sebesar 50.
Di tahun ke-4 ini, pihaknya dengan hasil analisis riset tersebut memanfaatkan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi dan di enam e-commerce terkemuka di Indonesia pada periode dari Januari hingga Desember 2022.