24 Januari 2025
20:27 WIB
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil Sepanjang 2024
Catatan OJK, sektor jasa keuangan stabil pada 2024. Kredit perbankan mencatatkan double digit growth, pasar modal resilien dan aset asuransi tumbuh tipis.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) nasional tetap terjaga stabil di tengah dinamika perekonomian global. Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang terkelola, serta kinerja sektor jasa keuangan yang tumbuh positif.
"Kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pertumbuhan kredit perbankan sepanjang tahun 2024 mencatatkan double digit growth sebesar 10,39% yoy menjadi Rp7.827 triliun," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1).
Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perbankan utamanya didorong oleh Kredit Investasi yang tumbuh tinggi sebesar 13,62% (yoy) dan diikuti oleh Kredit Konsumsi 10,61% (yoy), sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 8,35% yoy.
Sementara itu, lanjutnya, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,08% dan NPL net sebesar 0,74%. Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 9,28%.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh sebesar 4,48% (yoy) menjadi Rp8.837 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 3,34%, 6,78%, dan 3,50% (yoy).
Mahendra melanjutkan, ketahanan perbankan terjaga kuat dengan tingkat permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan yang berada di level tinggi sebesar 26,68%.
Likuiditas perbankan pada Desember 2024 tetap memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 112,87% dan 25,59%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Baca Juga: BI Beri Sinyal Akan Pangkas Suku Bunga Acuan, Kapan?
Kinerja Pasar Modal
Di tengah berbagai tantangan ketidakpastian geopolitik global, sepanjang tahun 2024, Mahendra menyampaikan, perkembangan Pasar Modal Indonesia tetap menunjukkan resiliensinya.
"Meski pasar saham domestik sepanjang tahun 2024 ditutup melemah ke level 7.079,91 atau turun 2,65%, investor nonresiden masih membukukan net buy sebesar Rp16,53 triliun, serta nilai kapitalisasi pasar naik menjadi Rp12.336 triliun atau tumbuh sebesar 5,74%," ungkapnya.
Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal di 2024 juga dalam tren positif, tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp259,24 triliun dengan 43 emiten baru.
Memasuki Januari 2025, pasar keuangan domestik masih bergerak fluktuatif seiring ekspektasi melambatnya laju pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) dan potensi kebijakan pemerintahan AS.
IHSG ditutup pada posisi 7.232,64 per 23 Januari 2025, menguat 2,16% dibandingkan penutupan IHSG akhir 2024 yang sebesar 7.079,91.
Nonresiden di pasar saham domestik per 23 Januari 2025 mencatatkan net sell sebesar Rp3,04 triliun (ytd).
Baca Juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Q4/2024 Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global
Asuransi dan Fintech
Untuk sektor Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP), aset industri asuransi per Desember 2024 mencapai Rp1.133,87 triliun atau tumbuh 2,03% (yoy).
Kinerja asuransi komersil berupa akumulasi pendapatan premi mencapai Rp336,65 triliun, tumbuh 4,91% (yoy).
Permodalan di industri asuransi komersial pada Desember 2024 masih memadai, dengan Risk Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa tercatat sebesar 420,67% dan asuransi umum dan reasuransi sebesar 325,93%, di atas ambang batas 120%.
Di sisi industri dana pensiun, kata Mahendra, total aset dana pensiun per Desember 2024 tumbuh sebesar 7,31% yoy menjadi sebesar Rp1.508,21 triliun dengan aset dana pensiun sukarela sebesar Rp382,54 triliun atau tumbuh 3,75% yoy.
Adapun, outstanding penjaminan per Desember 2024 tercatat terkontraksi 0,71% (yoy) menjadi Rp419,90 triliun dan aset terkontraksi sebesar 0,04% (yoy) menjadi Rp46,39 triliun.
Sedangkan untuk sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), Mahendra menuturkan, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan (PP) tumbuh sebesar 6,82% yoy pada Desember 2024 menjadi Rp530,46 triliun, didukung pembiayaan investasi yang meningkat sebesar 9,66% yoy.
"Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio non-performing financing (NPF) net tercatat sebesar 0,75% dan NPF gross sebesar 2,70%," jelas dia.
Kemudian, gearing ratio perusahaan pembiayaan masih berada pada level yang memadai dan tercatat sebesar 2,31 kali, masih jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan modal ventura di Desember 2024 terkontraksi sebesar 8,72% (yoy), dengan nilai pembiayaan tercatat sebesar Rp16,48 triliun.
Pada industri fintech peer to peer (P2P) lending, outstanding pembiayaan tercatat tumbuh sebesar 29,14% yoy atau sebesar Rp77,02 triliun dan penyaluran kepada sektor produktif sebesar Rp8,45 triliun atau 30,19% dari total pembiayaan P2P.
Mahendra mengatakan, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) masih dalam kondisi terjaga di posisi 2,60%.