13 Desember 2024
20:48 WIB
OJK Prediksi Kredit Perbankan Masih Kuat Di Tahun Depan
OJK menilai, kredit perbankan bakal tumbuh positif pada 2025 didorong oleh penurunan suku bunga global ataupun BI Rate.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi kredit bank. Shutterstock/dok
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi, outlook pertumbuhan kredit perbankan tahun depan masih bakal positif. Optimisme ini disampaikan meski dihadapkan pada tantangan perlambatan penurunan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dewan Komisioner (DK) OJK Dian Ediana Rae mengeklaim, kredit perbankan akan tumbuh positif pada 2025 mendatang, didorong adanya penurunan suku bunga global maupun dalam negeri.
"Jadi, untuk tahun 2025, kami melihat bahwa pertumbuhan kredit perbankan itu masih akan positif," ujarnya dalam Konpers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB November 2024, Jakarta, Jumat (13/12).
Dian memperkirakan, proyeksi penurunan suku bunga global dari bank sentral AS The Fed bakal berdampak positif terhadap Indonesia. Regulator berharap, tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-Rate) juga bisa ikut menurun.
Baca Juga: OJK: Penyaluran Kredit Perbankan September 2024 Tumbuh 10,85%
Sebelumnya, posisi suku bunga Federal Fund Rate (FFR) bertahan di level 5,25-5,5%. Menjelang akhir tahun ini, The Fed mulai memangkas FFR menjadi sebesar 4,75-4,75%. Ke depan, FFR diproyeksikan akan turun lagi.
Sementara itu, BI-Rate masih bertahan di level 6% pada Oktober 2024, setelah menurun pada september sebesar 25 basis poin. Sebelumnya, BI-Rate bertahan di level 6,25% selama April-Agustus 2024.
"Proyeksi penurunan suku bunga global dan domestik di tahun depan juga diharapkan dapat berdampak positif pada penghimpunan dana perbankan Indonesia," ujar Dian.
Ketika BI-Rate turun, sambungnya, itu akan berdampak positif terhadap suku bunga lain, seperti kredit perbankan. Dia memprediksi, kredit yang tumbuh positif nantinya bisa mengerek Dana Pihak Ketiga (DPK) dan menurunkan biaya dana.
"Selain itu, penurunan suku bunga secara global juga diharapkan dapat mendorong meningkatkan demand kredit, sehingga pertumbuhan kredit di harapan tetap kuat," imbuhnya.
Dalam pemaparannya, Dian menyampaikan, kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada Oktober 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan double digit growth sebesar 10,92% (yoy) menjadi Rp7.656,90 triliun, pertumbuhan kredit ini lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,85%.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 13,63%, diikuti oleh Kredit Konsumsi 11,01%, sedangkan Kredit Modal Kerja 9,25%. Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 12,64% (yoy).
"Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 16,08%, sementara kredit UMKM juga tetap tumbuh sebesar 4,76%," urainya.
Kemudian, kualitas kredit perbankan per Oktober 2024 tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,20%, atau menurun dibanding September sebesar 2,21%; sedangkan NPL net pada Oktober sebesar 0,77%, atau menurun dibanding September yang sebesar 0,78%.
Adapun, Risiko Pinjaman atau Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 9,94%, atau menurun ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 10,11%.
"Rasio LaR tersebut juga mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93% pada Desember 2019," urainya.
Baca Juga: BI: Kredit Perbankan Tumbuh 10,92% Pada Oktober 2024
Di sisi lain, porsi produk kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan sebesar 0,28%, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Per Oktober 2024, baki debet kredit BNPL tumbuh 47,92% (yoy) menjadi Rp21,25 triliun, atau sedikit lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 46,42%.
Adapun baki debet kredit BNPL tersebut digunakan oleh total jumlah rekening 23,27 juta, atau jauh lebih tinggi ketimbang September 2024 yang sebeaar 19,82 juta.
Kinerja Perbankan Oktober 2024
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh sebesar 6,74% (yoy) pada Oktober 2024 menjadi Rp8.751,16 triliun, atau terhitung melambat ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 7,04% (yoy). Dengan giro, tabungan, dan deposito, masing-masing tumbuh sebesar 6,72%, 7,43%, dan 6,18% (yoy).
Likuiditas industri perbankan pada Oktober 2024 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 113,64% dan 25,58%, serta masih di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 222,70% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) di level 129,50%, "Mengindikasikan ketahanan likuditas jangka pendek dan pendanaan jangka panjang industri perbankan ke depan yang solid," urainya.
Secara umum, tingkat profitabilitas bank (ROA) sebesar 2,73% pada Oktober 2024, menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil.
"Ketahanan perbankan juga tetap kuat tecermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi dan meningkat yaitu sebesar 27,07%, dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global," urainya.