c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

22 Januari 2025

14:53 WIB

Negara Lain Kena Kebijakan Tarif Impor AS, Mendag Lihat Peluang Tingkatkan Ekspor

Negara lain masih sama-sama menunggu kebijakan Presiden AS. Namun, dikhawatirkan AS akan menjatuhkan sanksi kepada negara BRIC.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

<p>Negara Lain Kena Kebijakan Tarif Impor AS, Mendag Lihat Peluang Tingkatkan Ekspor</p>
<p>Negara Lain Kena Kebijakan Tarif Impor AS, Mendag Lihat Peluang Tingkatkan Ekspor</p>

Truk trailer melintas di kawasan penumpukan kontainer (container yard) PT Terminal Petikemas Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/12/2023). Antara Foto/Didik Suhartono

JAKARTA - Pemerintah menilai ada beberapa peluang positif yang bisa ditangkap dari beberapa kebijakan ketat Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump sebagai presiden ke-47.

Untuk diketahui, Presiden Trump berencana menyesuaikan tarif bea masuk impor untuk beberapa negara. Salah satunya, implementasi bea masuk tinggi terhadap China, yang notabene masih perang dagang dengan AS. 

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menilai, kebijakan tarif impor yang dikeluarkan Donald Trump justru berpeluang mendongkrak ekspor RI. Sebab sampai sekarang, Presiden AS belum menerapkan tarif tinggi untuk Indonesia.

"Ya karena kan kalau kita dengar-dengar banyak negara lain ini yang akan dikenakan bea masuk ke AS, mudah-mudahan kita enggak. Jadi kita justru bisa ada peluang untuk masuk ke sana," ujarnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (22/1).

Sambil memantau kondisi perdagangan internasional pasca pelantikan Trump, Mendag menyampaikan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan beberapa pihak. Di antaranya, pejabat atase perdagangan Indonesia di Amerika Serikat dan pelaku usaha.

Baca Juga: Wamendag: Kebijakan Tarif Trump Jadi Peluang RI Buat Substitusi Pasar

Dia menerangkan, diskusi yang berlangsung seputar penyusunan langkah dan strategi guna mengantisipasi kebijakan yang akan dikeluarkan Presiden Trump.

"Kita lagi mencoba dan kita juga berkomunikasi terus dengan teman-teman kita yang ada di sana. Justru kita ingin memanfaatkan kesempatan ini dengan baik," ucap Budi.

Di satu sisi, Mendag belum bisa memprediksi perubahan peta perdagangan internasional ke depannya. Dia beralasan, saat ini belum ada keputusan final dari Presiden AS mengenai kebijakan tarif yang bakal berdampak secara global.

Menurutnya, negara lain pun sama-sama sedang menunggu kebijakan yang akan diterbitkan Trump setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat kedua kalinya. Ia pun meyakini, pemerintah RI akan terus memantau kondisi terkini.

"Ya kita kan belum tahu, kan belum-belum ada keputusan dari Presiden Trump kan, Kan isunya seperti itu. Tapi kan kita juga harus antisipasi. Jadi kita harus mengikuti isu-isunya seperti apa dan kita siap untuk bisa memasuki pasar di Amerika," terang Budi.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Seiring Penegasan Trump Terkait Tarif Impor

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menilai, kebijakan bea masuk tinggi dari Trump untuk negara lain tentu akan memengaruhi kinerja ekspor dari Indonesia ke AS.

Untuk saat ini, Trump menunda pengenaan tarif impor produk dari China. Benny melihat, justru itu peluang baik bagi Indonesia karena masih bisa menyuplai beberapa komoditas, termasuk batu bara, ke China.

"Kalau China tidak dikenakan bea masuk yang naik oleh Amerika, berarti engine industrinya jalan kan. Kalau engine industrinya jalan, dia butuh power, butuh energi, maka ekspor batu bara kita pasti naik," kata Benny.

Wanti-wanti Dampak BRICS
Sebaliknya, apabila AS sudah mengerek tarif impor barang dari China, negara itu pasti akan pindahkan basis produksi ke negara lain. Salah satu yang dituju, yakni Indonesia.

Menurut Benny, lagi-lagi ini peluang baik. Itu karena Indonesia bisa memproduksi barang lalu mempenetrasi pasar ekspor ke Amerika secara langsung.

Namun, di satu sisi Ketua GPEI mewanti-wanti Amerika akan menjatuhkan sanksi bagi negara yang terafiliasi dengan China, mengingat keduanya masih terlibat perang dagang yang panas.

Terlebih lagi, sambungnya, posisi Indonesia saat ini belum diterima sebagai negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), tapi sudah resmi bergabung dengan blok ekonomi BRIC (Brasil, Rusia, India, China).

"Sekarang kita ada di posisi BRIC karena politik ekonomi, dan kita kan bebas dan aktif. Nah apakah Trump akan menghukum anggota-anggota BRIC atau enggak saya belum tahu," imbuh Benny.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar